Popular Posts

Friday, September 30, 2011

tntang Shalat,,,,

Kiat Shalat Khusyu’

KHUSYU’ itu pekerjaan hati. Ali bin Abi Thalib ra meriwayatkan, Rasululullah Saw bersabda: “Khusyu’ itu berada dalam hati” (HR. Hakim). Berikut ini sebagian kiat menggapai sholat khusyu:
PAHAMI BACAAN SHOLAT
Ini kunci sholat khusyu’. Anda akan benar-benar merasakan ’kehadiran’ Allah Swt jika memahami semua bacaan sholat, mulai takbir hingga salam. Kita akan sadar betul, seluruh keperluan hidup kita sudah kita panjatkan pemenuhannya kepada Allah saat sholat, mulai ampunan hingga berkah, mulai hidayah hingga rezeki. Jika kita tidak memahami bacaan sholat, kita ’mengigau’ atau seperti burung beo, berkata tapi tidak mengerti perkataan sendiri.
Memahami bacaan sholat sangat membantu untuk menghindarkan lintasan-lintasan pikiran yang mengintervensi shalat kita.
FOKUS : MENGHADAP ALLAH SWT
Konsentrasikan hati dan pikiran hanya pada sholat. Bahkan jika hidangan makan sudah tersedia, makanlah dulu, baru sholat. “Apabila hidangan makan malam telah disiapkan, maka mulailah menyantap makanan itu sebelum Anda Shalat Maghrib” (HR. Bukhari dan Muslim). Ingat, ketika kita sholat, kita sedang berhadapan dan ”berdialog” dengan Allah Swt.

Hasan bin Ali bin Abi Thalib terlihat pucat pasi saat berwudhu. Ketika ditanya penyebabnya, dia menjawab, “Tahukah Anda, dengan siapa aku akan berhadapan sesaat lagi?”
Pemutuskan hubungan dengan seluruh urusan yang sedang dihadapi, perbaharui ingatan akan hari akhirat, dan bayangkan bahwa kita sedang berdiri di hadapan Allah Yang Maha Agung.

JANGAN MENOLEH
Dari Aisyah ra berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah Saw tentang menoleh dalam shalat”. Kemudian Rasul Saw menjawab: “Menoleh itu adalah suatu keteledoran seseorang akibat ulah syetan dalam salat seorang hamba” (HR. Bukhari).
Menurut Jumhur Ulama’, menoleh itu dimakruhkan, karena bisa mengurangi khusyu’ shalat. Namun, jika menolehnya itu sampai memalingkan dadanya atau seluruh lehernya dari kiblat, maka hal itu bukan lagi makruh, melainkan bisa membatalkan shalat. “Allah SWT selalu menghadap kepada seorang hamba dalam shalatnya, selama dia tidak menoleh, jika dia memalingkan wajahnya, maka Allah pun ‘pergi’” (HR. Abu Dawud dan an-Nasa’i).
ANGGAP SHALAT TERAKHIR
Anggap saja setiap shalat kita adalah shalat yang terakhir, setelah itu kita akan mati. Jika proses ini berhasil kita lakukan, kita akan merasakan betapa tidak ada lagi kesempatan untuk sholat khusyu’. Sholat terakhir adalah persembahan terakhir seorang hamba dalam melaksanakan perintah Allah Swt.
JANGAN GERAKKAN ANGGOTA TUBUH
Selama sholat, jangan menggerak-gerakan anggota badan di luar shalat, kecuali dalam keadaan sangat mendesak (darurat), misalnya membunuh binatang yang berbahaya atau mematikan api yang dikhawatirkan menyebabkan kebakaran.

Dari Abu Dzar ra., Rasulullah Saw bersabda, Jika salah seorang di antara kamu berdiri shalat, maka janganlah menghapus pasir dari wajahnya karena ia sedang menghadapi rahmat.” (HR. Imam yang lima).
JAUHKAN GAMBAR
Jauhkan benda-benda yang bisa mengganggu konsentrasi, seperti gambar atau tulisan. Rasulullah Saw bersabda, “Jauhkanlah tirai ini karena gambarnya menggangguku ketika aku shalat.” (HR. Bukhari).

Kita pun harus mengenakan pakaian yang tidak bergambar atau berisi tulisan di bagian belakang (punggung), karena dapat mengganggu konsentrasi orang yang sholat di belakang kita.
BERPENGARUH
Tanda utama sholat khusyu adalah berpengaruh dalam kehidupan sehari-
hari, mulai selalu mengagungkan asma Allah (hikmah takbir) hingga menebar keselamatan kepada sesama, tidak mengganggu mereka dengan lidah dan dangan (hikmah salam). Sholat merupakan pencegah perbuatan keji dan munkar. Wallahu a’lam. (ASMR).*

Monday, September 19, 2011

ALLAH,,,Begitu Dekat Pada Orang Yang Berdoa

Allah Begitu Dekat Pada Orang Yang Berdoa

Saif Al Battar
Ahad, 18 September 2011 11:39:03
Hits: 1693
Sudah begitu lama, ingin agar harapan segera terwujud. Beberapa waktu terus menanti dan menanti, namun tak juga impian itu datang. Kadang jadi putus asa karena sudah seringkali memohon pada Allah. Sikap seorang muslim adalah tetap terus berdo’a karena Allah begitu dekat pada orang yang berdo’a. Boleh jadi terkabulnya do’a tersebut tertunda. Boleh jadi pula Allah mengganti permintaan tadi dengan yang lainnya dan pasti pilihan Allah adalah yang terbaik.
Ayat yang patut direnungkan adalah firman Allah Ta’ala,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186)
Sebagian sahabat radhiyallahu ‘anhum berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ رَبُّنَا قَرِيبٌ فَنُنَاجِيهِ ؟ أَوْ بَعِيدٌ فَنُنَادِيهِ ؟ فَأَنْزَلَ اللَّهُ هَذِهِ الْآيَةَ
“Wahai Rasulullah, apakah Rabb kami itu dekat sehingga kami cukup bersuara lirih ketika berdo’a ataukah Rabb kami itu jauh sehingga kami menyerunya dengan suara keras?” Lantas Allah Ta’ala menurunkan ayat di atas. (Majmu’ Al Fatawa, 35/370)
Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Kedekatan yang dimaksud dalam ayat ini adalah kedekatan Allah pada orang yang berdo’a (kedekatan yang sifatnya khusus).” (Majmu’ Al Fatawa, 5/247)
Perlu diketahui bahwa kedekatan Allah itu ada dua macam:
Kedekatan Allah yang umum dengan ilmu-Nya, ini berlaku pada setiap makhluk.
Kedekatan Allah yang khusus pada hamba-Nya dan seorang muslim yang berdo’a pada-Nya, yaitu Allah akan mengijabahi (mengabulkan) do’anya, menolongnya dan memberi taufik padanya. (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 87)
Kedekatan Allah pada orang yang berdo’a adalah kedekatan yang khusus –pada macam yang kedua- (bukan kedekatan yang sifatnya umum pada setiap orang). Allah begitu dekat pada orang yang berdo’a dan yang beribadah pada-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits pula bahwa tempat yang paling dekat antara seorang hamba dengan Allah adalah ketika ia sujud. (Majmu’ Al Fatawa, 15/17)
Siapa saja yang berdo’a pada Allah dengan menghadirkan hati ketika berdo’a, menggunakan do’a yang ma’tsur (dituntunkan), menjauhi hal-hal yang dapat menghalangi terkabulnya do’a (seperti memakan makanan yang haram), maka niscaya Allah akan mengijabahi do’anya. Terkhusus lagi jika ia melakukan sebab-sebab terkabulnya do’a dengan tunduk pada perintah dan larangan Allah dengan perkataan dan perbuatan, juga disertai dengan mengimaninya. (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 87)
Dengan mengetahui hal ini seharusnya seseorang tidak meninggalkan berdo’a pada Rabbnya yang tidak mungkin menyia-nyiakan do’a hamba-Nya. Pahamilah bahwa Allah benar-benar begitu dekat dengan orang yang berdo’a, artinya akan mudah mengabulkan do’a setiap hamba. Sehingga tidak pantas seorang hamba putus asa dari janji Allah yang Maha Mengabulkan setiap do’a.
Ingatlah pula bahwa do’a adalah sebab utama agar seseorang bisa meraih impian dan harapannya. Sehingga janganlah merasa putus asa dalam berdo’a. Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Do’a adalah sebab terkuat bagi seseorang agar bisa selamat dari hal yang tidak ia sukai dan sebab utama meraih hal yang diinginkan. Akan tetapi pengaruh do’a pada setiap orang berbeda-beda. Ada yang do’anya berpengaruh begitu lemah karena sebab dirinya sendiri. Boleh jadi do’a itu adalah do’a yang tidak Allah sukai karena melampaui batas. Boleh jadi do’a tersebut berpengaruh lemah karena hati hamba tersebut yang lemah dan tidak menghadirkan hatinya kala berdo’a. … Boleh jadi pula karena adanya penghalang terkabulnya do’a dalam dirinya seperti makan makanan haram, noda dosa dalam hatinya, hati yang selalu lalai, nafsu syahwat yang menggejolak dan hati yang penuh kesia-siaan.” (Al Jawaabul Kaafi, hal. 21). Ingatlah hadits dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ
“Tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya di sisi Allah Ta’ala selain do’a.” (HR. Tirmidzi no. 3370, Ibnu Majah no. 3829, Ahmad 2/362. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Jika memahami hal ini, maka gunakanlah do’a pada Allah sebagai senjata untuk meraih harapan.
Penuh yakinlah bahwa Allah akan kabulkan setiap do’a. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi no. 3479. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Lalu pahamilah bahwa ada beberapa jalan Allah kabulkan do’a. Dari Abu Sa’id, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ »
“Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian.” (HR. Ahmad 3/18. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanadnya jayyid). Boleh jadi Allah menunda mengabulkan do’a. Boleh jadi pula Allah mengganti keinginan kita dalam do’a dengan sesuatu yang Allah anggap lebih baik. Atau boleh jadi pula Allah akan mengganti dengan pahala di akhirat. Jadi do’a tidaklah sia-sia.
Ingatlah wejangan yang amat menyejukkan hati dari cucu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Al Hasan bin ‘Ali radhiyallahu ‘anhuma berkata,
من اتكل على حسن اختيار الله له، لم يتمن شيئا. وهذا حد الوقوف على الرضى بما تصرف به القضاء
“Barangsiapa yang bersandar kepada baiknya pilihan Allah untuknya maka dia tidak akan mengangan-angankan sesuatu (selain keadaan yang Allah pilihkan untuknya). Inilah batasan (sikap) selalu ridha (menerima) semua ketentuan takdir dalam semua keadaan (yang Allah) berlakukan (bagi hamba-Nya)” (Lihat Siyaru A’laamin Nubalaa’ 3/262 dan Al Bidaayah wan Nihaayah 8/39). Pilihan Allah itulah yang terbaik.
Wallahu waliyyut taufiq.
(Rumaysho site/Arrahmah.com)

Friday, September 16, 2011

Menguak KA"BAH

Menguak Ka'bah

Berdiri ribuan tahun lalu, Ka'bah terus menarik ribuan umat Islam beribadah ke Mekkah.

Jum'at, 26 Agustus 2011, 16:53 WIB
indra Darmawan




 

VIVAnews - Suatu siang, pertengahan April, empat belas tahun silam. Seperti lazimnya siang di Mekkah, terik matahari mencapai 40° celsius. Tapi matahari yang membakar itu sama sekali tak mengusik ribuan manusia dari pelbagai ras, etnis, dan warna kulit. 

Mereka, ribuan manusia berbalut kain putih itu, bergerak bak ombak laut, dengan gerak melingkar membentuk pusaran.
Gerak itu terus bergulung, mengitari satu titik bangunan kubus hitam berusia ribuan tahun. Itulah bangunan suci, saksi sejarah para nabi, dan simbol keagungan sang maha pencipta: Ka’bah.

Di antara ribuan manusia tadi, terselip Michael Wolfe, seorang penyair, pengarang , dan produser film mualaf asal California AS. Itu adalah kali kedua dia menunaikan ritual haji ke Mekkah. Saat itu Wolfe sekaligus mendokumentasikan perjalanannya, yang kemudian disiarkan di acara Nightlife milik Stasiun TV ABC.

“Bagi umat Islam, mengunjungi Ka’bah itu seperti pulang ke rumah. Saat Anda ke Mekkah, ada perasaan yang melibatkan hati seorang manusia, seolah-olah Anda sedang kembali,” kata Wolfe.  Menurut dia, Ka’bah sebagai titik sentral ritual Haji saat itu, melambangkan simbol Keesaan Tuhan.

Dengan berjalan mengitari Ka’bah, umat Islam mengekspresikan semangat untuk menempatkan Tuhan di pusat pusaran kehidupannya. Dan siapapun yang berada di depan Ka’bah, kata Wolfe, akan merasakan kedamaian di hatinya.

Apa yang dirasakan oleh Wolfe sepertinya juga dirasakan para peziarah lainnya. Seorang pengusaha media nasional, Mario Alisjahbana, misalnya menulis dalam catatan perjalanan haji di majalah Madina, mengatakan hal serupa. Ia menemukan pengalaman membahagiakan saat melaksanakan ibadah thawaf, sa’i, dan salat di depan Ka’bah.

“Kepasrahan dan kebahagiaan menyelimuti saya, benar-benar membuat saya menjadi sabar dan damai,” kata Mario.

Pengaruh Ka’bah terhadap para jamaah yang tengah melakukan ritual ibadah di sana, memang misterius. Bahkan, tak sedikit di antara para jamaah, yang tanpa sadar berurai air mata ketika melihat Ka’bah.

***

Umat Islam meyakini Ka’bah adalah tempat ibadah pertama yang berdiri di muka bumi. Hal ini terabadikan dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran 96,  “Sesungguhnya rumah yang pertama kali dibangun untuk (tempat ibadah) manusia, adalah Baitullah di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”

Sebuah cerita pra-Islam mengatakan Ka’bah didirikan oleh Adam untuk beribadah kepada Allah. Namun, sebuah riwayat hadis dari Ali bin Hussain, mengatakan Ka’bah didirikan  para Malaikat sebelum kehadiran Nabi Adam di muka bumi. Malaikat saat itu diperintahkan membangun Ka’bah seperti bentuk Baitul Makmur, tempat ibadah yang berada di Surga di langit ke-7.

Namun, seiring waktu berjalan, Ka’bah tersapu banjir besar ketika zaman Nabi Nuh. Ka’bah dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail, yang ceritanya terekam dalam Al Qur’an (Surat Al-Hajj : 26). Sejak Nabi Ibrahim, Ka’bah digunakan untuk ibadah Haji.

Setelah itu Ka’bah berkembang menjadi Kota Mekkah diziarahi oleh orang-orang dari berbagai negeri dari jazirah Arab dan Mesir. Oleh karenanya, sepeninggal Nabi Ibrahim, pengelolaan Ka’bah beberapa kali diperebutkan, dan Ka’ba h pun beberapa kali mengalami renovasi dan pengembangan (
Baca juga "Ka’bah dari Masa ke Masa").

***

Dari tampilan fisiknya, Ka’bah memang tidak mengadopsi desain dan arsitektur bangunan canggih. Bentuknya sederhana, sesuai namanya (Ka’bah berarti kubus) dengan ukuran panjang-lebar-tinggi: 13,16 m X 11,53 m X 12,03 m. Di dalamnya ada sebuah ruangan berukuran sekitar 10 X 8 meter persegi, dengan dua pilar menjulang ke langit-langit.

Pada masa pra Islam, ruangan ini digunakan menyimpan patung-patung berhala untuk ritual masa itu. Setelah penaklukan kota Mekkah oleh Nabi Muhammad, ratusan patung itu dihancurkan serta gambar-gambar di dinding Ka’bah juga dihapus. Sudut-sudut Ka’bah mengarah ke empat penjuru mata angin, dengan posisi batu Hajar Aswad menempel di sudut timurnya. (
Lihat infografik).

Hajar Aswad adalah salah satu elemen penting Ka’bah. Seperti dicontohkan oleh Nabi Muhammad, jamaah haji biasanya mencium batu ini di sela-sela tawaf. Batu ini mulai dipasang di Ka’bah sejak Ibrahim memerintahkan Ismail untuk mencari sebuah batu untuk dipasang di salah satu celah di bangunan Ka’bah.

Namun setelah sekian lama Ismail mencari batu ini, akhirnya Ibrahim mendapatkan batu ini dari Malaikat Jibril. Batu hitam yang berkilau-kilau ini sejak lama mengundang perdebatan. Menurut hadits riwayat At Tirmidzi, batu hitam itu adalah batu yang berasal dari Surga, yang dibawa oleh Nabi Adam ke bumi. Awalnya, kata hadits itu, batu itu berwarna putih. Tapi karena menyerap dosa –dosa manusia di bumi, batu ini berubah warna menjadi hitam.

Sebagian muslim meyakini batu ini adalah batu meteorit berasal dari luar angkasa. Namun, hipotesa ini belum terbukti kebenarannya. Ada pula yang menyebutnya sebagai batu basalt, batu agate (batu akik), atau kaca alami.

Adalah Paul Partsch, seorang kurator koleksi perhiasan Kerajaan Austro-Hungaria, yang pertama kali memperkirakan Hajar Aswad  sebagai batu meteor, pada 1857. Namun, berdasarkan ciri fisiknya, Robert Dietz dan John McHonde menyimpulkan Hajar Aswad sebenarnya adalah batu akik, pada 1974.

Belakangan, seorang pakar sejarah mengatakan Hajar Aswad adalah batu yang bisa mengambang di atas air. Bila benar, berarti Hajar Aswad adalah batu kaca atau batu apung. Pada 1980, Elsebeth Thomsen dari University of Copenhagen menawarkan hipotesis baru.

Menurutnya, Hajar Aswad adalah fragmen kaca yang pecah akibat tumbukan meteor yang jatuh di Wabar, sebuah tempat di gurun Rub’ al Khali, 1000 km di timur Mekkah. Meteor ini diperkirakan jatuh pada 6000 tahun lalu. Namun hipotesis ini pun belum bisa dipastikan kebenarannya.

***

Pada 1977 ilmuwan Mesir Dr Husain Kamaluddin mempublikasikan temuan ilmiahnya bahwa Mekkah adalah pusat bumi. Dibantu pakar Matematika dari Universitas Asyuth, Dr Muhammad Al-Syafi’I ‘Abd Al-Lathif, Husain melakukan penelitian bertahun-tahun melibatkan sekian banyak tabel matematika serta bantuan program komputer.

Penemuan itu ia dapatkan secara tak sengaja. “Awalnya penelitian ini bertujuan menemukan alat yang dapat membantu setiap orang mengetahui dan menentukan arah kiblat,” kata Husain, dikutip dari buku ‘Ka’bah Rahasia Kiblat Dunia’, karangan Muhammad Abdul Hamid Asy-Syarqawi dan Muhammad Raja’l Ath-Thahlawi.

Husain menyiapkan peta berisi gambar benua-benua. Ternyata ia mendapatkan Mekkah berada di tengah-tengah peta dunia. Ia mendapati bahwa tanah di permukaan bumi menyebar dari Mekkah sebagai pusat dengan sangat teratur.

Tak percaya dengan temuannya, ia berkali-kali mengulang percobaannya, bahkan saat ia ujikan kembali dengan peta kuno sebelum terbentuknya Amerika dan Australia. Ternyata hasilnya sama, Mekkah tetap menjadi sentral bumi, termasuk pada awal masa penyebaran dakwah Islam. Tentu saja pembuktian Husain mengundang kontroversi. Ada yang percaya, ada pula yang tak percaya dengan temuannya itu.

Hal lain menarik tentang Ka’bah diungkapkan oleh Agus Mustafa dalam bukunya, Pusaran Energi Ka’bah. Menurut Agus, mengapa doa-doa seorang muslim lebih cepat terkabul ketika ia tengah berada di depan Ka’bah atau Multazam, itu ada penjelasan ilmiahnya.

Agus menyodorkan hukum gaya Lorentz atau juga dikenal dengan aturan tangan kanan. Hukum itu mengatakan bahwa pada konduktor melingkar yang dialiri arus listrik berlawanan arah jarum jam, akan menghasilkan medan magnet yang mengarah ke atas.

Oleh karenanya, kata Agus, ketika lautan tubuh manusia yang mengandung bioelektron mengitari Ka’bah berlawanan arah jarum jam sambil merapalkan kalimat-kalimat talbiyah, maka itu akan melontarkan medan magnet yang demikian besar ke arah langit.

***

Bagi seorang muslim yang taat, tentu saja pembuktian ilmiah terhadap alasan yang melatari ibadah mereka, tak terlalu penting. Benar atau tidak klaim yang mengatakan bahwa Mekkah adalah pusat dari pergerakan bumi, yang jelas Mekkah selalu menjadi magnet bagi muslim di seluruh dunia.

Tokoh muslim pembela hak-hak kulit hitam Amerika Serikat, ElHajj Malik El-Shabazz atau lebih dikenal dengan Malcom X, begitu terpesona dengan semangat persatuan umat yang terjadi selama ibadah haji yang diikuti.
Pengalamannya di sana mengubah pandangan rasisnya selama ini. Kemudian itu diabadikannya dalam sepucuk surat bagi kawannya di Amerika Serikat. “Di sini, ada puluhan ribu peziarah, yang berasal dari seluruh dunia. Mereka berasal dari beragam warna, dari mata biru, pirang, hingga kulit hitam Afrika. Tapi kami semua melakukan ritual sama, memperlihatkan semangat kebersamaan dan persaudaraan, yang selama ini, berdasarkan pengalaman di Amerika, saya kira hal itu tidak pernah ada.”
Selama sebelas hari, Malcolm makan dan minum di piring dan gelas yang sama, tidur di tempat tidur yang sama dan salat kepada Tuhan yang satu. “Saya merasakan ketulusan yang sama dari mereka. Karena keyakinan mereka terhadap Tuhan telah mengenyahkan segala perbedaan dari pikiran mereka."

Islam memang tak membedakan ras, warna, pangkat dan kedudukan. Islam hanya menghargai nilai ketakwaan dari penganutnya. Tak hanya mengajarkan kebersamaan dan persatuan, drama yang terjadi di Ka’bah dan Mekkah, sering menginspirasi atau bahkan mengubah cara pandang dan hidup seseorang.

Dan itu, kerap kali membuat orang meneteskan air mata haru tatkala harus kembali pulang ke negara mereka. Wolfe menggambarkan keharuannya ketika harus meninggalkan Ka’bah dan Mekkah, dengan satu pepatah kuno.
Pepatah itu berbunyi, “Sebelum kamu mengunjunginya, Mekkah akan selalu menanti Anda. Ketika Anda meninggalkannya, Mekkah akan selalu memanggilmu kembali. Selamanya.” (np)
• VIVAnews

Ka'bah dari Masa ke Masa

Ka'bah menjadi saksi dari kehidupan manusia. Dari pergolakan kekuasaan sampai bencana.

Jum'at, 26 Agustus 2011, 17:04 WIB
Denny Armandhanu 


• VIVAnews Awalnya, Mekkah hanyalah sebuah hamparan kosong. Sejauh mata memandang pasir bergumul di tengah terik menyengat. Aliran zamzamlah yang pertama kali mengubah wilayah gersang itu menjadi sebuah komunitas kecil tempat dimulainya peradaban baru dunia Islam.

Bangunan persegi bernama Ka'bah didaulat menjadi pusat dari kota itu sekaligus pusat ibadah seluruh umat Islam. Mengunjunginya adalah salah satu dari rukun Islam, Ibadah Haji.

Ka'bah masih tetap berdiri kokoh hingga saat ini dan diperkirakan masih terus berdiri hingga kiamat menjelang. Beberapa generasi pernah menjadi saksi berdirinya Ka'bah hingga berbagai kemelut menyelimutinya.

Adalah Ismail, putra Nabi Ibrahim dan Siti Hajar, yang kaki mungilnya pertama kali menyentuh sumber mata air zamzam. Akibat penemuan mata air abadi ini, Siti Hajar dan Ismail yang kala itu ditinggal oleh Ibrahim ke Kanaan di tengah padang, tiba-tiba kedatangan banyak musafir. Beberapa memutuskan untuk tinggal, beberapa lagi beranjak.

Ibrahim datang dan kemudian mendapatkan wahyu untuk mendirikan Ka'bah di kota kecil tersebut. Ka'bah sendiri berarti tempat dengan penghormatan dan prestise tertinggi.

Ka'bah yang didirikan Ibrahim terletak persis di tempat Ka'bah lama yang didirikan Nabi Adam hancur tertimpa banjir bandang pada zaman Nabi Nuh. Adam adalah Nabi yang pertama kali mendirikan Ka'bah

Tercatat, 1500 SM adalah merupakan tahun pertama Ka'bah kembali didirikan. Berdua dengan putranya yang taat, Ismail, Ibrahim membangun Ka'bah dari bebatuan bukit Hira, Qubays, dan tempat-tempat lainnya.

Bangunan mereka semakin tinggi dari hari ke hari, dan kemudian selesai dengan panjang 30-31 hasta, lebarnya 20 hasta. Bangunan awal tanpa atap, hanyalah empat tembok persegi dengan dua pintu.

Celah di salah satu sisi bangunan diisi oleh batu hitam besar yang dikenal dengan nama Hajar Aswad. Batu ini tersimpan di bukit Qubays saat banjir besar melanda pada masa Nabi Nuh.

Batu ini istimewa, sebab diberikan oleh Malaikat Jibril. Hingga saat ini, jutaan umat Muslim dunia mencium batu ini ketika berhaji, sebuah lelaku yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad.

Selesai dibangun,  Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyeru umat manusia berziarah ke Ka'bah yang didaulat sebagai Rumah Tuhan. Dari sinilah, awal mula haji, ibadah akbar umat Islam di seluruh dunia.
Karena tidak beratap dan bertembok rendah, sekitar dua meter, barang-barang berharga di dalamnya sering dicuri. Bangsa Quraisy yang memegang kendali atas Mekkah ribuan tahun setelah kematian Ibrahim berinisiatif untuk merenovasinya. Untuk melakukan hal ini, terlebih dahulu bangunan awal harus dirubuhkan.

Al-Walid bin Al-Mughirah Al-Makhzumy adalah orang yang pertama kali merobohkan Ka'bah untuk membangunnya menjadi bangunan yang baru.

Pada zaman Nabi Muhammad, renovasi juga pernah dilakukan pasca banjir besar melanda. Perselisihan muncul di antara keluarga-keluarga kaum Quraisy mengenai siapakah yang pantas memasukkan Hajar Aswad ke tempatnya di Ka'bah.

Rasulullah berperan besar dalam hal ini. Dalam sebuah kisah yang terkenal, Rasulullah meminta keempat suku untuk mengangkat Hajar Aswad secara bersama dengan menggunakan secarik kain. Ide ini berhasil menghindarkan perpecahan dan pertumpahan darah di kalangan bangsa Arab.

Renovasi terbesar dilakukan pada tahun 692. Sebelum renovasi, Ka'bah terletak di ruang sempit terbuka di tengah sebuah mesjid yang kini dikenal dengan Masjidil Haram. Pada akhir tahun 700-an, tiang kayu mesjid diganti dengan marmer dan sayap-sayap mesjid diperluas, ditambah dengan beberapa menara. Renovasi dirasa perlu, menyusul semakin berkembangnya Islam dan semakin banyaknya jemaah haji dari seluruh jaziran Arab dan sekitarnya.

Wajah Masjidil Haram modern dimulai saat renovasi tahun 1570 pada kepemimpinan Sultan Selim. Arsitektur tahun inilah yang kemudian dipertahankan oleh kerajaan Arab Saudi hingga saat ini.

Pada penyatuan Arab Saudi tahun 1932, negara ini didaulat menjadi Pelindung Tempat Suci dan Raja Abdul Aziz adalah raja pertama yang menyandang gelar Penjaga Dua Mesjid Suci, Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Pada pemerintahannya, Masjidil Haram diperluas hingga dapat memuat kapasitas 48.000 jemaah, sementara Masjid Nabawi diperluas hingga dapat memuat 17.000 jemaah.

Pada pemerintahan Raja Fahd tahun 1982, kapasitas Masjidil Haram diperluas hingga memuat satu juta jemaah. Renovasi ketiga selesai pada tahun 2005 dengan tambahan beberapa menara. Pada renovasi ketiga ini, sebanyak 500 tiang marmer didirikan, 18 gerbang tambahan juga dibuat. Selain itu, berbagai perangkat modern, seperti pendingin udara, eskalator dan sistem drainase juga ditambahkan.

Saat ini, pada masa kepemimpinan Raja Abdullah bin Abdul-Aziz, renovasi keempat tengah dilakukan hingga tahun 2020. Rencananya, Masjidil Haram akan diperluas hingga 35 persen, dengan kapasitas luar mesjid dapat menampung 800.000 hingga 1.120.000 jemaah. Jika rampung, bagian dalam Masjidil Haram akan dapat menampung hingga dua juta jemaah.

Banjir Ka'bah

Bencana alam yang mungkin sering terjadi di wilayah Mekkah adalah banjir. Terbesar tentu saja pada masa banjir bandang Nabi Nuh. Kala itu seluruh bangunan Ka'bah runtuh. Banjir juga terjadi beberapa kali di masa Nabi Muhammad. Sepeninggalnya, pada masa Khalifah Umar bin Khattab, banjir merusak dinding-dinding Ka'bah.

Salah satu banjir yang sempat terdokumentasikan adalah banjir besar pada tahun 1941. Dalam gambar yang dipublikasikan secara luas, terlihat bagian dalam Masjidil Haram terendam banjir hingga hampir setengah tinggi Ka'bah.

Di beberapa tempat bahkan mencapai leher orang dewasa. Banjir-banjir inilah yang kemudian membuat beberapa tiang mesjid yang terbuat dari kayu menjadi lapuk dan rapuh.
Kerajaan Saudi terpaksa harus melakukan perbaikan beberapa kali untuk mengatasi hal ini.

Banjir sering terjadi di Mekkah karena letak geografis kota tersebut yang diapit beberapa bukit.
Hal ini menjadikan Mekkah berada di dataran rendah yang letaknya seperti mangkuk. Air hujan tidak dapat dapat mudah diserap oleh tanah, mengingat lahan Timur Tengah yang tandus. Alhasil banjir bisa berlangsung selama beberapa lama. Ditambah lagi, sistem drainase kala itu tidak sebaik sekarang.

Selain banjir, berbagai insiden pertumpahan darah tercatat pernah mewarnai sejarah Masjidil Haram. Mulai dari zaman sebelum Nabi Muhammad lahir hingga ke zaman modern di abad ke 20. Beberapa insiden tersebut diakhiri dengan kemenangan para penguasa Ka'bah.

Serangan Gajah

Serangan terhadap Ka'bah yang paling terkenal terjadi pada tahun 571 Masehi, tahun kelahiran Nabi Muhammad. Kala itu, sebanyak 60.000 pasukan gajah yang dipimpin oleh Gubernur Yaman, Abrahah, berencana menyerbu Mekkah dan menghancurkan Ka'bah.

Negara Yaman adalah salah satu negara Kristen besar kala itu. Sebuah gereja besar yang indah didirikan pada pemerintahan Raja Yaman, Habshah. Gereja tersebut bernama Qullais. Abrahah sebagai pembina gereja bersumpah akan memalingkan pemujaan warga Arab dari Ka'bah di Mekkah ke gerejanya di Yaman.

Alkisah, mendengar hal ini, seorang Arab dari qabilah Bani Faqim bin Addiy tersinggung kemudian masuk ke dalam gereja dan membuang hajat di dalamnya. Abrahah marah luar biasa dan bersumpah akan meruntuhkan Ka'bah. Berangkatlah dia beserta tentara terkuatnya, menunggang 60.000 ekor gajah.

Tidak ada satupun kekuatan kabilah Arab Saudi yang mampu menandingi kekuatan puluhan ribu tentara gajah tersebut. Berdasarkan komando dari kakek Muhammad, Abdul Mutalib, para penduduk Mekkah mengungsi ke puncak-puncak bukit di sekeliling Ka'bah. Berangkatlah rombongan tentara Abrahah menuju Ka'bah, hendak menghancurkan bangunan mulia tersebut.

Menurut kisah, laju tentara gajah terhenti akibat serangan dari ribuan burung Ababil. Burung-burung ini membawa tiga butir batu panas di kedua kakinya dan paruhnya. Dilepaskannya batu-batu tersebut di atas tentara gajah. Batu yang konon berasal dari neraka itu menembus daging para tentara dan gajah-gajah mereka. Sebuah tafsir mengatakan burung-burung itu membawa penyakit cacar yang menyebabkan para tentara Abrahah tewas akibat bisul yang sangat panas.

Inilah sebabnya, tahun penyerangan tentara Abrahah ke Mekkah dinamakan sebagai Tahun Gajah.
Kisah ini juga tertulis jelas di surat Al Fiil di kitab suci Al-Quran. "Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)." (Al Fiil: 3-4).

Bentrok dengan Iran

Di zaman modern, insiden paling sering adalah bentrok aparat keamanan Arab Saudi dengan para demonstran asal Iran. Kehadiran para demonstran merupakan perintah dari pemerintah Iran agar para jemaah haji Iran menyampaikan protes terhadap kerajaan Saudi.

Kerusuhan terparah terjadi pada 31 Juli 1987 yang menewaskan 401 orang. Di antaranya adalah 275 warga Iran, 85 warga Arab Saudi, dan 42 jemaah haji asal negara lain. Sebanyak 643 orang terluka, kebanyakan adalah jemaah haji Iran.

Perseteruan antara Arab Saudi dengan Iran sudah berlangsung relatif lama. Dimulai saat Muhammad bin Abdul Wahhab, ulama Salaf kenamaan Arab Saudi, memerintahkan penghancuran beberapa makam yang dikultuskan umat Islam di Hejaz, termasuk makam ulama Syiah Al-Baqi, pada tahun 1925.

Tindakan ini tidak ayal membuat marah pemerintahan dan rakyat Iran yang mayoritas Syiah.  Kemelut pun dimulai, Iran menyerukan penggulingan pemerintahan di Arab Saudi dan melarang seluruh warga Iran pergi haji pada tahun 1927.

Ketegangan bertambah parah setelah pada tahun 1943, pemerintah Arab Saudi memenggal kepala seorang jemaah haji Iran karena membawa kotoran manusia di pakaiannya ke dalam Masjidil Haram di Mekkah.
Iran protes keras dan melarang warganya pergi haji hingga tahun 1948.

Sejak saat itu, demonstrasi jemaah haji Iran terus dilakukan di Mekkah. Ini berkat imbauan Ayatullah Khomeini pada tahun 1971 yang memerintahkan setiap jemaah haji Iran untuk berhaji sambil menyampaikan pandangan politik mereka terhadap pemerintah Arab Saudi. Para jemaah Iran menyebut demonstrasi ini dengan nama "Menjaga Jarak dengan Para Musryikin."

Pada tahun 1982, situasi kedua negara sempat tenang. Khomeini memerintahkan rakyatnya menjaga ketertiban dan perdamaian, tidak menyebarkan pamflet-pamflet propaganda, dan untuk tidak mengkritik pemerintahan Arab Saudi.

Sebagai balasannya, kerajaan Arab Saudi membebaskan jemaah haji Iran untuk kembali berhaji. Sebelumnya, Saudi membatasi jumlah jemaah haji asal Iran untuk menghindari konflik.

Ketegangan kembali terjadi pada Jumat, 31 Juli 1987. Para jemaah haji Iran melakukan pawai protes menentang para musuh Islam, yaitu Israel dan Amerika Serikat, di kota Mekkah. Ketika sampai di depan Masjidil Haram, mereka diblokir oleh aparat keamanan Arab Saudi, namun mereka tetap memaksa masuk.

Bentrokan berdarah kemudian terjadi yang mengakibatkan situasi kacau dengan beberapa orang terinjak-injak oleh massa yang panik.

Ada beberapa versi pemicu kematian ratusan orang pada insiden ini. Pemerintah Iran mengatakan, aparat keamanan Saudi melepaskan tembakan ke arah demonstran damai, sementara Arab Saudi mengatakan bahwa korban tewas akibat terjepit dan terinjak jemaah yang panik. Akibat hal ini, hubungan kedua negara kembali renggang dan pemerintah Arab Saudi kembali menerapkan pembatasan jemaah haji Iran.

Mahdi Palsu

Peristiwa berdarah lainnya terjadi pada 20 November 1979. Kala itu ratusan orang bersenjata menguasai Masjidil Haram dan menyandera puluhan ribu jemaah haji di dalamnya.

Penyanderaan dipimpin oleh Juhaimin Ibnu Muhammad Ibnu Saif al-Otaibi yang mengatakan saudara iparnya, Muhammad bin Abd Allah Al-Qahtani, adalah Imam Mahdi atau sang penyelamat akhir zaman.

Dilaporkan sebanyak 400-500 militan Otaibi, termasuk di dalamnya wanita dan anak-anak, mengeluarkan senjata yang mereka sembunyikan di balik baju dan merantai gerbang Masjidil Haram. Mereka memerintahkan para jemaah untuk tunduk kepada Mahdi palsu, Al-Qahtani. Penyanderaan berlangsung selama dua minggu, sebelum akhirnya para militan diberantas oleh pasukan bersenjata gabungan antara Arab Saudi dengan beberapa negara.

Pasukan Arab Saudi sempat dipukul mundur karena hebatnya persenjataan para militan. Seluruh warga Mekkah dievakuasi ke beberapa daerah.

Pasukan kerajaan siap melakukan gempuran mematikan. Namun, mereka harus meminta izin dari ulama besar Arab Saudi, Abdul Aziz bin Baz, yang telah  melarang segala jenis kekerasan di Masjidil Haram. Akhirnya dia mengeluarkan fatwa penyerangan mematikan untuk mengambil alih Ka'bah.

Dilaporkan 255 jemaat haji dan militan Otaibi tewas dalam penyerangan tersebut, sebanyak 560 orang terluka. Dari sisi tentara Arab Saudi, sebanyak 127 tewas dan 451 terluka.

Berbagai cerita berbeda mengisahkan saat-saat penyerangan oleh tentara gabungan Arab Saudi, Pakistan dan Perancis.

Salah satu laporan mengatakan tentara membanjiri Masjidil Haram dengan air dan mengalirinya dengan listrik, menyetrum para militan. Laporan lainnya mengatakan para tentara menggunakan gas beracun. Pasukan Perancis dipanggil karena pasukan Arab Saudi tidak berdaya.

Tentara Perancis ini dikabarkan menjadi Muslim dahulu sebelum masuk Masjidil Haram. Langkah ini mereka lakukan lantaran Masjidil Haram hanya boleh dimasuki oleh umat Muslim.(mt)
• VIVAnews

Thursday, September 15, 2011

RASA SAKIT KETIKA SAKARATUL MAUT MENJEMPUT

RASA SAKIT KETIKA SAKARATUL MAUT MENJEMPUT

"Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir, seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata: 'Rasakanlah olehm u siksa neraka yang membakar.' (Niscaya kamu akan merasa sangat ngeri)
(QS. Al-Anfal {8} : 50).
Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata): 'Keluarkanlah nyawamu!'
Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengata kan terhadap Alloh (perkataan) yang tidak benar dan karena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya". (Qs. Al-An'am : 93).
Cara Malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan, bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada Alloh, maka Malaikat Izrail mencabut nyawa secara kasar. Sebaliknya, bila terhadap orang yang soleh, cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan.

"Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya dipukul pedang".
(H.R. Ibnu Abu Dunya).
 
Di dalam kisah Nabi Idris a.s, beliau adalah seorang ahli ibadah, kuat mengerjakan sholat sampai puluhan raka'at dalam sehari semalam dan selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan amal Nabi Idris a.s yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit. Hal itulah yang sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail.
Maka bermohonlah ia kepada Alloh Swt agar di perkenankan mengunjungi Nabi Idris a.s. di dunia. Alloh Swt, mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan, dan bertamu kerumah Nabi Idris.
"Assalamu'alaikum, yaa Nabi Alloh". Salam Malaikat Izrail,
"Wa'alaikum salam wa rahmatulloh". Jawab Nabi Idris a.s.
Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu adalah Malaikat Izrail.
Seperti tamu yang lain, Nabi Idris a.s. melayani Malaikat Izrail, dan ketika tiba saat berbuka puasa,,,,
Nabi Idris a.s,mengajaknya makan bersama,  namun di tolak oleh Malaikat Izrail.
Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris a.s mengkhususkan waktunya "menghadap". Alloh sampai keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam melakukan kesibukan sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja.
Pada suatu hari yang cerah, Nabi Idris a.s mengajak jalan-jalan "tamunya" itu ke sebuah perkebunan di mana pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan menggiurkan. "Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita".
pinta Malaikat Izrail (menguji Nabi Idris a.s).

"Subhanalloh, (Maha Suci Alloh)" kata Nabi Idris a.s.
"Kenapa?" Malaikat Izrail pura-pura terkejut.
"Buah-buahan ini bukan milik kita". Ungkap Nabi Idris a.s.
Kemudian Beliau berkata: "Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan yang haram".
Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris a.s perhatikan wajah tamunya yang tidak merasa bersalah. Diam-diam beliau penasaran tentang tamu yang belum dikenalnya itu. Siapakah gerangan pikir Nabi Idris a.s.
 
"Siapakah engkau sebenarnya?" tanya Nabi Idris a.s.
"Aku Malaikat Izrail". Jawab Malaikat Izrail.
Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya.
"Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku?" selidik Nabi Idris a.s serius.
"Tidak" Senyum Malaikat Izrail penuh hormat.
"Atas izin Alloh, aku sekedar berziarah kepadamu". Jawab Malaikat Izrail.
Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam.
"Aku punya keinginan kepadamu". Tutur Nabi Idris a.s
"Apa itu? Katakanlah!". Jawab Malaikat Izrail.
"Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang.
Lalu mintalah kepada Alloh SWT untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku". Pinta Nabi Idris a.s.
"Tanpa seizin Alloh, aku tak dapat melakukannya" , tolak Malaikat Izrail. Pada saat itu pula Alloh SWT memerintahkan Malaikat Izrail agar mengabulkan permintaan Nabi
 Idris a.s.
Dengan izin Alloh Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris a.s. sesudah itu
beliau wafat.
Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia kepada Alloh SWT agar menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali. Alloh mengabulkan permohonannya. Setelah dikabulkan Allah Nabi
Idris a.s. hidup kembali.
"Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku?" Tanya Malaikat Izrail.
"Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti". Jawab Nabi Idris a.s.
"Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu".
Kata Malaikat Izrail..MasyaAlloh, lemah-lembutnya Malaikat Maut (Izrail) itu terhadap Nabi Idris a.s. Bagaimanakah jika sakaratul maut itu, datang kepada kita?
Siapkah kita untuk menghadapinya?
 
"Sebarkanlah walau hanya satu ayat"

Wednesday, September 14, 2011

TASAWUF

MENGENALI TASAWUF
TASAWUF, sebagaimana disiplin ilmu tinggi yang lain,mempunyai senarai ta’arif demi membawa penjelasan yang bening lagi sempurna. Bagian muqadimah ini hanyalah pengenalan ringkas demi memesrakan kita dengan tasauf bak pepatah — tak kenal, maka tak cinta. muktabar (berwenang/authoriti) yang memberikan uraian ringkas seperti berikut:
Sering ada anggapan bahwa apapun ilmu, selalu dikaitkan dengan asal-usul bahasa asal atau dinisbahkan kepada bahasa.
Memandangkan Islam berteraskan bahasa Arab, maka sering kata dasar tasawuf dikaitkan ‘suf’ atau bulu domba/kambing biri-biri yang menjadi pakaian perintis tasawuf. Sepakat manakah sebenarnya dakwaan ini ?
Tentulah paling utama dalam membuat perincian definisi ialah mendapatkannya dari pada ulama
 
􀃂
memasuki diri ke dalam kebaikan dan mengeluarkan diri
daripada akhlak buruk.’’

Abu Muhammad al-Jurairi: ‘‘Tasawuf itu adalah
􀃂
semua bahagian badan yang diperuntukkan kepada hawa
nafsu cela/jahat dan melayani saja sifat terpuji
(mahmudah).’’

Abul Hassan al-Nuri: ‘‘Tasawuf ialah meninggalkan
􀃂
(sifat kehambaan) dan mengembalikan hukum-hukum
rubbubiyah (sifat ketuhanan).’’


As-Syadzili: ‘‘Tasawuf itu melatih diri dalam ubudiyah
Bab 1
2
Mengenal Tasawuf dan Tarekat
􀃂
bermanfaat dengan manusia.’’
Daripada empat definisi tadi, jelaslah tasauf berkisar kepada
tiga peringkat atau
 
Bidayah
Yaitu jalan dalam bentuk rasa pada jiwa yang merasa rindu kepada Allah SWT. Kerinduan atau cinta tadi menimbulkan makrifat atau berkenalan dengan Allah SWT.
Pertalian amal/perbuatan pada zahir dan jiwa dalam bidayah.
PERINGKAT AMALAN
Seorang pemimpin yang benar-benar mengamalkan tasawuf, walaupun pada peringkat/marhalah bidayah, akan senantiasa memastikan kuasanya tidak menjadi suatu penindasan ke atas orang bawahan. Sesuai dengan firman Allah swt dalam Al-Quran:
Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas
segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab.”

Bidayah
Matlamat bidayah ialah menyempurnakan jiwa sehingga terserlah kepuasan rohani dalam hubungan kepada Allah SWT
(HabluminAllah) dan hubungan dengan manusia (Hablum minanNas). Caranya ialah dengan senantiasa beribadah zahir yang dihubungkan secara ikhlas demi Allah SWT semata. Kepuasan rohani akan terbina secara beransur-ansur selagi ia dilakukan dengan tetap/tekal (istiqamah).

Mujahadah
Setiap manusia diamanahkan oleh Allah swt untuk berjuang di jalan-Nya. Inilah maksud jihad dan proses berjuang tadi dipanggil ‘mujahadah’. Sebenarnya berjuang bukan bererti berperang saja. Melaksanakan
syariat, tasawuf tidak bermakna. Sekadar contoh, orang yang baik perilaku atau jiwanya yang suka menderma dan sebagainya tetapi enggan solat, zakat,berpuasa dan menunaikan haji, maka ia bukanlah lengkap sebagai seorang Muslim dalam erti kata sebenar.
menyesatkan orang lain.
rangka ini ialah:
1. mencapai
perlu dilalui sebelum seseorang itu mengenal Allah
harus kenal kekurangan dan kelebihan diri kita, tahu batas
susila diri sendiri. Sesungguhnya ramai orang yang kenal akan
orang lain kerana sikap ilmu dan ramah mesra, tetapi tidak
tahu dirinya.
    mazmudah. Sifat takbur, marah, hasad dan zalim dibersihkan.Tahalli iaitu mengalung atau menyerikan diri dengan dan sifat mulia atau

3.
    mahmumah seperti amanah, ikhlas, jujur, berilmu dalam diri.Tarraqi bermakna naik kedudukan atau maqam sehinggakan hati sufi tadi

4.
     sibuk dengan keperluan terhadap Allah swt walaupun hidup seperti manusia
     biasa. Ia redha/pasrah akan taqdir Allah selepas puas berikhtiar.

   Jelas matlamat tasawuf, menurut ulama sufi yang muktabar,adalah mendapatkan keredhaan-Nya dengan membina adab dalam jiwa dan zahir.

NISBAH TASAWUF
Asal-usul tasawuf sering diperkatakan dalam rangka luas. Namun pokok perbicaraan hendaklah menjurus kepada unsur membina atau positif.

􀃂

Suffah ialah gelar orang ramai terhadap seorang lelaki sering beribadah di Masjid Haram. Namanya Al-Ghut bin Munir. Beliau muncul sebelum kedatangan Islam dan dipercayai pengikut ajaran Nabi Ibrahim as. Orangnya pendiam dan lebih cenderung berbuat halnya sendiri. Hal sebenarnya masih misteri. Jadi,apakah istilah tasawuf bermula daripadanya?
􀃂
Khaldun (dalam buku Muqaddimah). Malah pakcik termuda Nabi Muhammad
‘‘
dalam rangka perjalanan untuk menunaikan haji.
Masjid Khair di Mina
(tabi’ien) berupa bulu domba. Menurut salah seorang ahli tasawuf perintis, Hassan al-Basri:
“Aku telah berjumpa dengan 70 orang perajurit
perang Badr. Kebanyakan mereka itu berpakaian bulu
domba.’’ Jelaslah suf adalah pakaian tawadduk atau merendahkan diri. Ia kasar tetapi cukup sesuai untuk keperluan musim sejuk dan perlindungan daripada
hempasan ribut pasir. Memandangkan ramai para nabi adalah penggembala, maka secara logik pakaian mereka adalah daripada bulu domba.

Suf ialah bulu domba/biri-biri yang dijadikan pakaian para nabi dan orang warak. Demikian menurut Ibn Taimiyah (dalam bukunya Tasawuf) dan sejarawan Ibnsaw, Ibn Abbas menyatakan:Sesungguhnya 70 orang nabi telah berlalu di gurun RauhahKesemuanya berpakaian bulu domba. Mereka bersalat di.’’ Kebanyakan pakaian sahabat dan pengikut sahabat
􀃂
 
􀃂

Saf berarti baris dalam solat jemaah. Lazimnya orangsuka beribadah itu coba mendapatkan tempat di barisan depan jemaah.
􀃂
 
􀃂
Safa bermakna kebersihan, ini juga dikaitkan dengan salah satu usaha pemurnian sufi yang dipanggil tasfiyah. Jadi mana satukah istilah sebenar asal-muasal tasawuf masih lagi suatu misteri. Pokoknya segala definisi hendaklah
memberikan gambaran membina atau membawa kebaikan dan bukan meremeh atau menghina tasawuf.
PERMULAAN
Bilakah tasawuf dimulakan?
Tidak syak tasawuf dimulakan sejak Rasulullah
secara bersendiri-sendirian atau
 [Sayang sekali istilah khalwat sudah disalahgunakan hingga bermaksud berdua-duaan lelaki dan perempuan di dunia sebelah sini.]
Puasa terbahagi kepada tiga iaitu
meningkatkan penghayatan Islam). Dalam ibadah puasa Ramadan, 10 hari terakhir diluangkan untuk beriktikaf (berada di masjid untuk beribadah semata) dan meninggalkan urusan dunia.
awwam (sekadar lapar dan dahaga), khawaz (menahan nafsu sambil beribadat) dan khawazzul khawaz (puasa seluruhnya dengan menahan pancaindera dan hati daripada godaan nafsu, beribadat dan

4. Haji merupakan khalwat terbesar karena apabila berada dalam ihram, kita tunduk zahir dan batin atas segala syarat yang dikenakan Allah
Proses pembersihan diri itu terpapar dalam salat yang di dalamnya terkandung rukun sujud – saat seseorang pasrah sepasrahnya kepada Ilahi.
Dalam tasawuf, kehebatan dunia tiada bererti kecuali untuk membela kemanusiaan agar menjalani hidup mulia. Inilah yang dilakukan oleh Rasulullah yang dikelilingi oleh orang kaya dan malah ditawarkan oleh Allah
Tasawuf tidak lain ialah segala amalan yang disuruh Allah
swt Ketika wuquf (berihram dan berada di Arafah), haji itu adalah lambang kematian dan kebangkitan serta perhimpunan agung di Padang Mahsyar. Kain ihram putih itu ibarat kain kapan. Apabila haji selesai dilaksanakan dengan sempurna, seseorang itu mencapai mabrur iaitu bak bayi bersih yang baru dilahirkan. Nabi saw telah mengajarkan kita agar membersihkan diri daripada sifat syaitan dan haiwan. Daripada syaitan, timbul sifat takabur sehingga membawa hasad dan kezaliman. Daripada sifat binatang, timbul sifat kebinatangan nafsu dan buas.swt akan emas sebesar Gunung Uhud.swt
agar kita mengingati-Nya sebagaimana terpapar dalam maksud
surah An-Nur: 37:
‘‘Lelaki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan (urusan) dan
tidak pula oleh jual-beli (perdagangan) daripada mengingati
Allah; mendirikan solat dan membayar zakat. Mereka takut
pada suatu hari (Kiamat) ketika hati dan penglihatan mereka
menjadi tergoncang.’’
Dengan amalan tasawuf, maka terpupuklah manusia menjadi para wali (orang soleh yang amat menjaga agama) sebagaimana maksud surah Yunus: 62:
      ‘‘Sesungguhnya para wali Allah tiada kekhuatiran dan mereka
       tidak pula berdukacita.’’
Wali tidak semesti ada keramat yang kita dapat rasakan. Orang soleh biasa juga boleh bertaraf wali jika Allah
beliau menerima dengan redha dan senantiasa beribadah, sabar dan menyatakan kesyukuran. Anaknya dibela hingga menjadi manusia yang dapat mengatasi kecacatannya. Ayah begini merupakan seorang wali. Seorang suami yang kematian isteri yang dicintai, tidak harus meninggalkan solat dan terus menangis. Ia harus menerima takdir dan gigih melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim serta mendoakan isterinya.
Memang sukar mengetepikan perasaan yang kuat mencengkam fikiran. Sekadar contoh, sahabat Nabi, Umar al-Khattab tidak dapat menerima hakikat bahawa baginda telah wafat. Umar mengancam untuk memancung sesiapa yang menyatakan Nabi wafat. Namun apabila Abu Bakar
bahawa seluruh Nabi akan mati, termasuk Muhammad, maka sedarlah Umar akan kesilapannya sehingga ia beristigfar.
Jelaslah kehidupan Rasulullah saw merupakan cerminan tasawuf. Namun dalam zaman baginda, tidak timbul pembahagian ilmu seperti tauhid, fiqh dan tasawuf. Menurut Ibn Khaldun, perkembangan Islam begitu pesat sehingga timbul pelbagai
cabang ilmu selepas 200 tahun Nabi
 
PENGAJIAN TASAWUF
Ilmu tasawuf berkembang pesat menerusi sistem persekolahan atau madrasah sejak 200 H. Umumnya terdapat lima jenis madrasah:
1. Muhasabiyah (pengetuanya dipanggil muhasibi) yang banyak
mengajarkan pelbagai aspek redha.
2. Khusairiyah yang dirintis oleh Syeikh Salleh Hamdun yang
terasnya ialah membasmi kemungkaran atau sifat
mazmumah.
3. Taifuriyah dirintis oleh Abu Yazid al-Bustami yang
menegaskan konsep mabuk dalam cinta kepada Allah.
4. Junaidiyah dipelopori oleh Abul Qassim al-Junaid al-
Baghdadi yang menegarkan konsep kesedaran.
5. Sahliyah dikemukakan oleh Sahal bin Abdullah at-Tsuri yang
menitik beratkan riadah dan mujahadah.
Jelaslah tasawuf mendahuli pengajian tauhid dan fiqh. Tidak heranlah para iman empat mazhab juga merupakan ahli tasawuf.
Lama-kelamaan pengajian tasauf mewujudkan gaya pendekatan yang dikaitkan oleh guru atau syeikhnya. Inilah yang dipanggil tariqah (tariq = jalan).
Namun tasawuf boleh dipelajar tanpa tarikat, tetapi tarikat tidak dapat dipelari tanpa tasauf.

Tariqah memerlukan empat teras:
i. Guru atau syeikh/mursyid
ii. Zikir(riadah) dan mujahadah
iii. Murid
iv. Silsilah atau urutan guru utama demi memastikan ia tidak melencong atau  
    sesat.

Dari zikir yang disusun menjadi wiridan, dibaie atau ratib sehinggalah hizib. Apa jua susunan guru itu menjadi pendekatan atau kaifiah. Semuanya berteraskan ayat-ayat Quran dan Hadis (amalan dan doa Nabi saw).

 
TASAWUF ISLAM YANG BENAR

PERMULAAN TASAWUF ISLAM
Para ulama berbeza pendapat tentang mulaannya muncul definasi
tasawuf:
Abu Nashr As Sarraj berkata,
seperti sediakala disebut asy syuufiyyah.”
 Sedangkan Ibnul Jauzi3 cenderung berpendapat bahawa timbulnya tasawuf adalah sebelum tahun 200 Hijriyyah, artinya, pada akhir abad kedua Hijriyyah. Adapun Ibnu Taimiyah4 berpandangan bahawa timbulnya tasawuf adalah pada awal abad kedua, dan tidak dikenali secara meluas kecuali setelah abad ketiga Hijriyyah. Katanya, “Tasawuf untuk pertama kalinya muncul di Bashrah. Sedangkan orang pertama yang membentuk rangkaian sufi adalah ‘Abdul Wahid bin Yazid dari sahabat Al Hasan di Basrah. Namun sikap berlebihan dalam zuhud, ibadah, rasa takut, dan semacamnya itu tidak berlaku di seluruh daerah. Pada masa itu hanya dikenali dengan : Ahli Fiqih dari Kuffah dan5
Sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Taimiyah bahawa, pembahasan tentang tasawuf diambil dari Al Hasan Al Basri yang wafat pada tahun 110 Hijriyyah, dan dari Sufyan Ats Tsauri yang wafat pada tahun 161 Hijriyyah.
Pada permulaan gerakan, sufi diungkapkan dengan sikap zuhud terhadap dunia, sibuk dengan ibadah dan
pandangannya tentang keutamaan golongan sufi dengan lebih lanjut:
     
mentaati Allah oleh orang-orang lain. Ada yang tergolong secara
pertengahan dan ada pula yang sebaliknya. Dan tiap-tiap satu golongan
itu, kadangkala berijtihad tetapi keliru. Dan ada pula yang berdosa, langsung bertaubat dan ada pula yang tidak. Dan sudah tentu menyandar kepada yang salah itu, sekaligus menzalimkan dirinya dan melakukan maksiat kepada Allah.”
mujahadah terhadap nafsu dan membimbingnya dengan akhlak yang mulia. Maka mereka adalah golongan yang bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada Allah. Ibnu Taimiyah telah menjelaskan“Yang benar adalah bahawa mereka merupakan golongan yang bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada Allah sebagaimana ijtihad6
Yang benar di dalam masalah ini adalah, bahawa tasawuf itu ialah mengikuti perilaku kehidupan Rasulullah
cermin kalbunya bersinar cemerlang dan bersedia untuk menerima Nur dari Allah. Maka beliau menjadi orang yang jujur laksana pancaran subuh, sehingga muncullah cahaya hakikat yang menerangi lubuk hatinya dengan kebenaran dan keyakinan. Nabi Muhammad
seorang diri, jauh dari kesibukan umum dengan menyendiri di
terpilih untuk mengembangkan risalah dari Allah.
Sahabat-sahabatnya turut mengikutinya. Mereka tidak menghafalkan ayat-ayat Al Qur’an kecuali setelah mengamalkannya, dan tidak menghafalkan yang lain kecuali sesudah melaksanakan secara nyata apa yang mereka hafalkan terlebih dahulu.
Kezuhudan dan kesucian telah termasyhur dengan banyak sekali dari kalangan sahabat sepanjang kehidupan Rasulullah
saw. Baginda Rasulullah saw mengarahkan diri kepada Allah dengan melihat, merenungkan, menyepi, berlatih, bermujahadah dalam perkataan mahupun perbuatan sehingga rohnya bersih, perasaan melunak,saw menghabiskan siang dan malamnyadalam gua Hira’ sebelum turunnya wahyu itu. Begitu menerima ‘bi’tsah’ (perutusan kenabian), maka syariat pun turun berturut-turut ke atas dirinya, sesuai dengan keadaan yang dihadapinya. Beliau juga tidak pernah ada sifat keangkuhan walaupun beliau yangsaw dan setelah wafatnya. Telah turun banyak ayat-ayat yang penuh mengandung makna tasawuf, walaupun tidak menamakannya demikian. Allah berfirman kepada NabiNya, Muhammad saw:
      Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya...
(Al Kahfi: 28)

Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak
(pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, mendirikan
sembahyang, dan membayarkan zakat. Mereka takut kepada
suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi
goncang.
 
Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, kerana kamu
selalu mengajarkan Al Kitab dan kerana kamu tetap
mempelajarinya.
 
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.
 
Telah diriwayatkan oleh ‘Aisyah
 
Allah berfirman:
Lalu di antara mereka ada yang menganiaya dirinya sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan.
 
Sedangkan tasawuf Islam yang hakiki adalah Islam teladan, dan
mutashawwif merupakan muslim teladan. Apabila ada yang bertanya:
“Mengapa seruan untuk mengikuti tasawuf tidak kelihatan pada
masa Nabi saw. dan sahabat-sahabatnya, melainkan baru muncul
setelah itu?”

Jawapan bagi pertanyaan ini:
“Adalah orang-orang Islam pada zaman Nabi, mereka hidup mulia dalam jalinan persahabatan dengan Rasulullah saw. Para pengikutpengikut ini merupakan orang-orang yang zuhud, mulia, gemar bermujahadah, dan ‘fana’ dalam mencintai Allah dan RasulNya.
Mereka mendapat kehormatan dengan kesempatan untuk bersahabat
dengan beliau, dan mendapatkan kemuliaan tertinggi dari yang dapat
diungkapkan.”
Kaum muslimin selepas wafatnya Rasulullah
saw tidak diberikan sesuatu gelaran kepada seseorang yang dimuliakan. Hanya mereka itu adalah sahabat-sahabat Rasulullah saw. Oleh kerana itu, mereka dikenali sebagai ‘sahabat’. Dalam pada masa yang sama, mereka dari generasi selanjutnya yang bersahabat dengan para sahabat disebut ‘tabi’in’, iaitu merupakan sebutan yang paling terhormat. Mereka yang selanjutnya pula dinamakan dengan ‘tabi’it tabi’in’ (pengikut para ‘tabi’in’).
Setelah tiga golongan ini, muncullah perbezaan pendapat tentang tingkatan martabat di antara muslimin. Selanjutnya, mereka yang mengkhususkan diri dan memiliki perhatian besar terhadap perintah-perintah agama disebut sebagai ‘zuhhad’ dan ‘ubbad’. Namun, selepas itu, timbullah bid’ah di antara berbagaiahlus sunnah menyingkir dan menyerahkan diri mereka kepada Allah serta menjaga hati mereka dari berlakunya sesuatu yang sia-sia.7
Berdasarkan hal ini, maka sesungguhnya para sahabat termasuk golongan sufi, walaupun mereka tidak menggunakan nama itu.
Jika ada yang berpendapat bahawa ‘tasawuf’ adalah sebutan yang diadakan oleh orang-orang Baghdad pada abad kedua Hijriyyah dan sebelumnya, sebutan itu tidak dikenali, maka jawapan kepada pendapat ini adalah seperti berikut:
Abu Nashr As Sarraj Ath Thusi
 
Diriwayatkan dari Sufyan Ats Tsauri, katanya, “
Seandainya tidak karena Abu Hasyim As Sufi, tidaklah aku mengetahui tentang sedalam-dalamnya makna ‘riya’. Beliau telah mengatakan terdapat di dalam kitab yang melaporkan berita-berita berkenaan Makkah, tentang

Muhammad bin Ishaq bin Yasar dan lain-lainnya, yang mengatakan bahwa pada masa sebelum Islam, kota Makkah pernah kosong sehingga tidak seorang pun yang melakukan tawaf ke Baitullah.
Kemudian datanglah seorang sufi dari kota yang jauh, melakukan tawaf di Baitullah dan menyucikan dirinya.”
Dan sekiranya berita ini benar, ia menunjukkan bahawa sebelum Islam, nama Sufi itu telah diketahui, dan disandarkan kepada orang-orang yang gemar melakukan kebaikan dan keislahan.
Pengamalan tasawuf bukanlah hal yang baru di dalam Islam, bahkan ia merupakan Islam yang hakiki, yang timbul dan berkembang seiring dengan kemunculan Islam itu sendiri, walaupun tidak dikenali dengan sebutan ini pada abad kedua Hijriyyah. Sedangkan perilaku, perasaan, dan keadaan jiwa muncul dalam tahap terakhir pada masa penerapan ilmu-ilmu seperti fiqeh, tauhid, tafsir, dan lain-lain. Dan sekiranya nama tasawuf ini tidak disenangi oleh sebahagian mereka, maka namakanlah dengan apa sahaja nama yang disukai, yang penting, fahaman dan pengamalan ini adalah dari Islam dan tetap diambil dari golongan ini.
 
HAL PENTING MENYANGKUT TASAWUF
I
Pelbagai istilah ilmu mula timbul selepas zaman mereka, iaitu setelah segala teras ilmu yang diajar Rasulullah
tercetuslah pelbagai bidang ilmu yang antaranya dinamakan
STILAH atau nama ilmu tidak pernah menjadi persoalan pada zaman Nabi Muhammad saw mahu pun Khulafa’ur Rasyidin. Namun dalam jangka waktu 23 tahun kenabian, Baginda saw telah membentang keseluruhan teras ilmu yang merupakan suatu segmen utama dari rangkuman Ar Risalah .saw dan para sahabat berkembang luas. Justeru, selepas puluhan tahun dan mengalami evolusi yang agak teruja, barulah timbul pembahagian ilmu mengikut susunan yang kita kenal hari ini. Tujuan asal penyusunan kategori dan istilah ilmu itu sebenarnya adalah untuk memenuhi keperluan umat Islam yang semakin ramai jumlahnya dan memudahcarakan proses pembelajaran mereka. Usaha cendikiawan Islam ke arah pembinaan klasifikasi ilmu itu lebih didasari oleh keperluan dakwah dan kesesuaian permintaan zaman. Dari gembelingan tenaga dan daya para alim kita ituTauhid, Fiqh dan Tasawuf, Tafsir, Hadis, Falak, Nahu, Mantiq, Adab, Iqtisad, Qawaid Fiqhiyyah, Zira’i dan lain-lain.
Sebagai manusia Islam kita mungkin begitu akrab dengan bidang ilmu Tauhid dan Fikh. Ini berpunca dari pendedahan dan penekanan dasar dalam usaha membentuk keperibadian Muslimin. Pengolahan dan perbahasan ilmu-ilmu tersebut oleh para alim terkemuka seperti Imam Malik, Imam Syafie, Imam Hanafi dan Imam Hambali pula memang telah terkenal dan
Hal ini dapat dilihat pada firman Allah
meluas. Jasa dan keberkahan mereka telah dan akan terus membantu umat Islam mencari dan mencetak keperibadian Muslim yang berwibawa. Keperibadian seseorang Muslim sebenar nya terletak pada keteguhan iman dan ketinggian ilmu yang dapat meningkatkan darjat seseorang di sisi Allah swt.swt di Surah Al-Mujadalah ayat 11:
            “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara
kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa darjat”.

Dari sudut keutamaan dan pendedahan mungkin kita mendapatkan suatu pendekatan yang diselimuti suasana kurang kesungguhan dalam mempelajari ilmu Tasawuf. Ia ada kaitan rapat dengan sejarah perkembangan ilmu dalam dunia Islam yang diselangi berbagai cita rasa dan pengaruh kepimpinan, dan pilihan
mereka sendiri. Nabi Muhammad
bidang kehidupan umat Islam. Selain tugas kerasulannya, Baginda Rasul saw juga seorang pemimpin negara dan reformer sosial. Antara yang paling menonjol, Baginda
Muslim yang ditemui Nabi
      “Dan sesungguhnya kamu (wahai Muhammad) mempunyai budi pekerti 
       yang teragung”.
Allah
      “Dan demikian pula kami telah menjadikan kamu umat Islam,
umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan
manusia dan agar rasul menjadi saksi atas perbuatanmu”.
swt memuji Nabi saw kerana memiliki akhlak mulia dan menyeru manusia menuruti jejak langkah Baginda. Rasulullah saw sendiri sentiasa berpeluang memiliki kekayaan tetapi Baginda memilih suatu kehidupan yang didasari kemurahan hati dan sifat penyayang terhadap fakir miskin. Sifat mulia ini yang dimiliki oleh Nabi saw harus dijadikan contoh sesuai dengan firman Allah swt di Surah Al-Baqarah ayat 143: 

Kebanyakan para sahabat juga mengamalkan zuhud iaitu hidup dalam keadaan serba sederhana dan membelanjakan harta untuk anak yatim, orang miskin dan sebagainya demi kebajikan ummah. Istilah zuhud ini tidak seharusnya disalahertikan sebagai pengenepian atau tidak berperanan dalam soal keduniaan. Islam tidak sekali-kali melarang Muslimin mecari kekayaan. Malahan ia merupakan suruhan Allah
swt yang terdapat di Surah Al-Qasas ayat 77, “ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu untuk kebahagiaan di akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan dunia dan berbuat baiklah kepada orang sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kamu.”
Para Sahabat seperti Saidinah Abu Bakar Ash Shiddiq, Saidinah Usman bin Affan dan Saidinah Abdul Rahman bin Auf merupakan niagawan yang berjaya dan kaya.
 
UJIAN KEBENDAAN
Sayang sekali, hari ini kita hidup dikelilingi oleh semangat kebendaan. Malahan yang lebih menyedihkan, ramai juga mereka yang mengutamakan kebendaan sedangkan mereka dalam keadaan lemah atau tanpa kemampuan. Sifat cinta kepada kebendaan ini memang telah dihiaskan dalam diri setiap anak Adam sebagaiman firman Allah
    “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan pada apa-apa
Hidup berhutang demi mengecap kemewahan kononnya telah menarik mereka ke jurang kemiskinan. Ilmu akhlak atau Tasawuf tidak diperbesarkan berbanding dengan ilmu Tauhid dan Fikh. Pada hal, Rasulullah
 serakah dan gersang adab. Sehingga kejatuhan mereka ada yang boleh dikatakan dalam keadaan yang aib atau menghancurkan. Jadi sifat cela akan membawa keadaan sebaliknya iaitu apabila kuat pada permulaannya, orang itu akan lemah akhirnya. Jadi bagaimanakah ilmu akhlak dapat menyelamatkan orang yang berkuasa? Orang yang berkuasa dapat diselamatkan oleh ilmu Tasawuf apabila ia merasa ada pertimbangan wajar yang perlu dilaksanakannya terhadap golongan-golongan yang dikuasai. Hal ini senantiasa diperingatkan oleh Allah swt sebagaimana dalam Surah Ad-Dhuha ayat 11, “Apabila diberi nikmat Allah, maka hendaklah kau bersyukur”. Riya’ dan takkabur telah menjatuhkan Iblis ke lembah yang terhina ( ia adalah jin yang telah mendapat nikmat dalam bentuk penghormatan Allah swt sehingga dapat bersama para malaikat. Nama Iblis ketika itu ialah Azazil). Allah swt hendak menguji  setiap hambanya, iaitu mereka harus buktikan ketaatan melalui perlakuan bukan sekadar ungkapan manis dari hati yang berbolakbalik. Jadi, ketika Allah swt menyuruh para malaikat dan Iblis agar menyembah (memberi penghormatan) kepada Adam as, hanya Iblis saja yang enggan. Peristiwa ini dapat disingkap kembali pada firman Allah swt di Surah Al-Baqarah ayat 34 ;
Contoh-contoh ini menunjukkan sifat riya’ dan takkabur (berasal dari bahasa Arab). Dalam Quran, dua sifat cela itu dipuncakan daripada Iblis. Jadi sifat-sifat ini juga disebut sifat syaitan. Sesungguhnya sifat buruk sama sekali tidak kekal. Misalnya,
sejarah tanpa henti memaparkan bukti-bukti jelas mengenai kebangkitan dan kejatuhan para pemimpin dunia yang tegar,
    “Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat : Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Ia enggan dan takabbur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”

Allah
swt mengetahui isi hati hambanya. Namun, dalam peristiwa Iblis yang ingkar tadi, Allah swt bertanya mengapa Iblis tidak menyembah Adam. Hal ini demi disaksikan oleh para malaikat dan Nabi Adam. Jawab Iblis ialah dia lagi mulia kerana dijadikan daripada api sedang Adam hanya berasal daripada tanah. Jawapan Iblis yang bongkak ini telah dirakamkan dalam Surah Al-’Araf ayat 12 ketika Allah swt bertanyakan kepada Iblis,
     “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada Adam di waktu
      Aku menyuruhmu ? Iblis menjawab : Saya lebih baik daripadanya.
     Engkau ciptakan saya dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari
    tanah .”
Jawapan Iblis itu menunjukkan dia takkabur iaitu berbangga pada dirinya sendiri, dan bersifat riya’ iaitu inginkan orang lain (Adam) menyanjungnya dan bukan sebaliknya. Lantaran itu, Allah swt telah mengenyahkan Iblis dari syurga. Jelaslah di sini Iblis merupakan makhluk yang tidak sedar diri iaitu tidak mensyukuri pemberian dan ciptaan Allah swt. Sepanjang kehidupan manusia dari zaman Adam as, manusia diuji secara berterusan. Ujian Adam as mengingatkan kita kepada satu daripada dua sifat asal manusia, iaitu lupa. Hal ini berlaku apabila Adam as lupa dengan larangan Allah swt agar jangan memakan buah dari sebuah pohon. Lupanya Adam as itu adalah berpunca dari rayuan Hawa, isterinya yang menerima bujukan Iblis, yang memberitahu bahawa dengan memakan buah tadi akan kekallah mereka hidup di syurga. Satu lagi sifat asal kelemahan manusia ialah mengantuk atau kala sedang tidur. Allah swt telah menjadikan Nabi Sulaiman as sebagai manusia paling perkasa kerana dapat menguasai angin, jin, mengetahui bahasa binatang (termasuk serangga) dan memiliki kekayaan yang tiada terkira. Tetapi bagaimanakah Sulaiman as menanggapi segala keistimewaan itu? Beliau menyatakan bahwa “Ini adalah kurnia daripada Tuhanku sebagai dugaan sama ada aku bersyukur atau kufur…’’ Maksud kufur dalam konteks ini bukanlah menafikan Allah swt, tetapi menidakkan nikmat atau anugerah Ilahi.

ILMU BATIN
Dua lagi sifat Iblis ialah
Sering kita tidak menyedari bahawa perlakuan kita adakalanya menyerupai syaitan. Contohnya, ketika bercermin, kita merasa diri kita kacak dan wajah orang lain juga merasa demikian.
Merasa kacak dan berbangga itu dipanggil takkabur. Manakala mengharapkan orang lain mengiktiraf kehebatan itu pula dipanggil riya’. Satu lagi contoh ialah, ketika bersolat sendirian, sering kita lalai dari segi ketertiban. Tetapi apabila kita bersolat di masjid atau di khalayak ramai, kita bersungguh-sungguh melakukannya kerana merasa banyak mata melihat kita – iaitu sifat riya’.
Mengapakah ini terjadi? Seyogia diingat, sebelum dinyahkan dari syurga, Iblis
mendapat izin Allah
 
Pertama
(manusia) dari semua sudut;

, untuk terus menduga Adam as dan keturunannya
Kedua
 “Kemudian saya akan mendatangi mereka dari depan dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur” Bagi perkara pertama, Allah swt berkata Iblis dan pasukannya tidak akan dapat mempengaruhi hambanya yang ikhlas beriman.swt dalam Surah Saad ayat 82 ketika Iblis menjawab, “Demi kekuasaanMu aku akan meyesatkan mereka semuanya kecuali hamba-hambaMu yang ikhlas di antara mereka.” Oleh itu, jika kita melakukan sesuatu demi orang lain dan bukan kerana Allah, maka kita dikatakan tidak ikhlas. Secara mudah, Tasawuf ialah mengenai keikhlasan atau melakukan sesuatu kerana hendak mendapatkan keridhaan Allah SWT. Dari segi formulanya, kita dapat merumuskan seperti berikut:f (pembersihan sifat cela, ikhlas)
Tujuannya semata-mata untuk menghalangi manusia dari mengikuti jalan yang lurus. Iblis terus berkata sebagaimana tercatit pada ayat 17 Surah Al-‘Araf,
Ini jelas dinyatakan oleh Allah
T (tasawuf) =
 swt pada keseluruhan surah Al-Ma’un yang bermaksud:
Kembali kepada soal sholat dan riya’ tadi, hal ini ada dijelaskan dalam peringatan Allah
     “Tahukah kamu orang yang mendustakan agama ? Itulah orang yang mengherdik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka celakalah bagi orang-orang yang salat, iaitu orang-orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang riya dan enggan memngeluarkan zakat.”
 
Antara lain mengingatkan orang Islam agar jangan jadi pendusta agama (munafik) kerana sekurang-kurangnya tiga perkara berikut:
􀃂
mengasari anak yatim;
􀃂
enggan memberi makan/menanggung orang miskin;
􀃂
lalai dalam bersholat, dan
􀃂
Maksud ‘lalai’ (Arab:
 
MAKSUD IHSAN DAN SEMPURNA
Ikhlas juga dimaksudkan sebagai
ihsan. Makna ‘ihsan’ terpapar dalam sebuah hadis yang amat terkenal, iaitu ketika Jibril as yang menyamar sebagai seorang lelaki datang dan duduk bertemu lutut di depan Nabi saw dalam suatu majlis yang disaksikan para sahabat. Jibril as bertanyakan apakah makna Islam, Iman dan
Ihsan.
    Apabila seorang Muslim beribadat ia seolah-olah melihat Allah swt dan jika ia tidak dapat melihatnya, ia mengetahui bahawa Allah swt melihatnya.
Maksud ‘melihat’ ialah satu persaksian iaitu apa jua urusan kita hendaklah ditujukan kepada Allah
swt. Demi mendapatkan keridhaan atau disukai Allah swt, maka segala kerja yang kita buat hendaklah memenuhi suruhannya dan menjauhi larangannya. Amalan inilah yang menjadikan kita melakukan sesuatu pekerjaan dengan bersungguh-sungguh hingga ia mencapai taraf sempurna (bahasa Arabnya, kamil).
Bagaimanakah kita melihat sesuatu itu ‘kamil’?
Satu-satunya makhluk yang telah mencapai darjat atau maqam kamil adalah Rasulullah
peristiwa terdahulu dan pada hari kemudian.
Tugas umat Islam ialah meraih apa jua usaha secara sempurna. Di sinilah terbentang erti gemilang atau kecemerlangan. Kalau bekerja, orang Islam mestilah yang terbaik. Ini dapat difahami dengan firman Allah
sebaliknya jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu adalah bagi
dirimu jua”.
saw. Segala ilmu dan peristiwa di dunia dan keseluruhan alam telah dilihatkan (dipersaksi) Allah swt kepada Baginda. Misalnya, Nabi saw merupakan manusia pertama yang dibedah secara cahaya, diangkat ke langit, dilihatkanswt di Surah Al-Isra’ ayat 7, “Jika kamu berbuat baik bererti kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri,
Konsep sempurna dan ihsan ini berkait rapat kerana kata dasar bahasa Arab,
hasanah (yang baik) adalah ihsan. Kekata itu terhimpun dalam doa yang sangat terkenal – Rabbana athina fiddunnya hassanatan wal fin akhirati hassanatan waqinna ‘azabbannar.
(Ertinya: Ya Allah kurniakanlah aku kehidupan sempurna dan baik di dunia dan juga di akhirat dan jauhkan daku dari seksa api neraka).
Jelaslah apabila hati kita ikhlas/ihsan, maka kita tidak mudah digoda oleh pesona zahir seperti harta atau kekayaan, seks atau wanita dan pangkat atau takhta. Hal ini menjelaskan betapa relevannya Tasawuf dalam melengkapkan seseorang – dari
seorang pekerja biasa sehingga pemimpin agung – dalam menghadapi dugaan dunia yang dicetuskan oleh Iblis dan pasukannya. Apabila hati telah disucikan dengan ikhlas dan ihsan, segala tindak-tanduk kita akan membawa kebaikan di dunia dan mendapat balasan baik di akhirat.
Tasawuf adalah ilmu batin kerana ia mengenai dalam diri manusia yang tidak dapat dilihat oleh mata kasar. Aspek batin atau ruh ini juga disebut ruh Islam. Kelemahan umat Islam dewasa ini ialah kerana kekurangan pada ruh Islam.
Sering kita tidak menyedari DIRI KITA sendiri sudah melakukan syirik atau menyekutukan Tuhan walaupun kita bersolat dan menjalankan pelbagai ibadah. Ini berlaku dengan pelbagai keadaan, misalnya seseorang itu senantiasa mengharapkan kerja atau usahanya dengan ganjaran dalam bentuk harta dan pangkat dan bukan keridhaan Allah
mengamalkan fahaman komunis, menyembah berhala, menyatakan Tuhan ada ibu bapa dan anak.

swt. Syirik sedemikian disebut syirik khafi (syirik yang tidak disedari/tidak ketara). Tetapi syirik yang lebih besar atau syirik jali/kabir ialah bertindak menyekutukan Allah swt secara terang-terangan seperti
AKAL DAN TAQWA
Antara peringatan Allah
swt kepada kita ialah semua manusia adalah sama tetapi yang membezakan darjat/kedudukan atau maqamnya di sisi-Nya ialah aspek taqwa. Firman Allah swt dalam Surah Al-Hujuraat ayat 13, “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di sisi kamu”.
Arti taqwa ialah mengikuti suruhan Allah
dunia, atau takut kerana mendapat seksa neraka. Jadi apa jua perbuatan kita hendaklah kerana-Nya atau
swt dan takut melanggar perintah-Nya. Sering taqwa dianggap sebagai ‘takut’. Misalnya, kita berhentikan kereta ketika lampu trafik merah kerana takut disaman. Tetapi ‘takut’ kita kepada Allah swt tentulah jauh lebih hebat lagi – takut kerana tidak mendapat keberkahan-Nya dilillahi ta’ala.
Dalam kehidupan murni atau sempurna seorang Muslim, sifat ikhlasnya akan mendorongnya untuk melakukan apa jua karena-Nya – dari perkara yang kecil seperti beristinjak, mengangkat wuduk, solat sehingga perkara yang besar seperti
membela diri ketika diserang. Bagaimanakah kesedaran ini dapat ditancapkan dalam akal manusia? Sebelum itu, apa itu akal? Sebenarnya sukar untuk membezakan apa itu ‘hati’ dan ‘akal’. Sering ulama menganggap kedua-duanya sama saja. Otak yang ada di kepala itu bukanlah akal. Tetapi otak adalah organ untuk memproses data wadah daya peringatan.
Ada hadis terkenal menyebut bahawa dalam tubuh manusia ada seketul daging.
Dalam sebuah hadis Rasulullah saw pernah menyatakan
Daging itu adalah hati? Apakah maksud hati ini dalam erti langsung iaitu ‘hati’ (liver) manusia ? Hal ini akan kita bincangkan kelak.
Pokoknya, tanpa akal, tidak sah ibadah seorang Muslim. Salah satu syarat pokok ibadat ialah berakal. Jika orang itu gila, maka ibadah tidak sah. Bahkan jika dia membunuh karena tidak berakal. M
Allah
“Dalam diri anak Adam itu ada segumpal darah, apabila ianya baik maka baiklah seluruh anggotanya. Apabila ia rusak, maka akan rusaklah seluruh anggotanya. Itulah dia hati.embedakan manusia dengan hewan yang lain ialah karena manusia berakal. Haiwan pula bernaluri seperti makan, minum, kahwin dan sebagainya. Sekiranya manusia tidak mampu memanfaatkan akalnya, maka ia diibaratkan Allah swt sebagai haiwan, bahkan lebih buruk lagi darinya.swt berfirman dalam Surah Al-‘Araf ayat 179, “Mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayatayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan nya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
Taqwa tidak akan teguh jika akal tidak disucikan atau
tasfiah daripada sifat-sifat cela yang terdapat pada syaitan dan juga binatang (buas dan tidak mengenal hubungan kelamin).
Contohnya:
mengumpul harta walaupun dalam keadaan kemelesetan. Dari
segi Tasawuf, kebijaksanaan orang ini hanya bersifat zahir. Ia tidak
melambangkan taqwa. Untuk meraih taqwa, hartawan itu hendaklah menyalurkan
hartanya sebagai sedekah dan zakat. Terlebih dulu, hartanya pula hendaklah diperolehi dengan jalan yang halal.

Seorang hartawan dikatakan bijak kerana berjaya
SEMPURNA MENYELURUH
Manusia Islam adalah insan yang menyeluruh atau
diperintahkan oleh Allah
bak kunci hati atau jiwa (Arab:
lembut, tunduk kepada Khalik-nya dan mencapai darjat atau taqwa.

Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, aspek pembersihan hati yang dilalui oleh Rasulullah
ketika Musa
berkewajipan untuk membersihkan ruh tadi untuk kembali semula ke jalan
 
 HUBUNGAN IHSAN
I
Nabi
iaitu percaya kepada Allah, para malaikat, para nabi, kitab-kitab Allah, hari akhirat serta qada’ dan qadar. Mengenai ihsan pula, Nabi
menyedari bahawa Allah melihatnya.
HSAN merupakan satu konsep yang dapat disusur daripada salah satu hadis yang masyhur. Ketika dikelilingi oleh para sahabatnya, Nabi Muhammad saw telah didatangi oleh seorang lelaki yang sungguh baik keadaannya, berpakaian kemas, tetapi tidak dikenali. Lelaki itu sebenarnya adalah Malaikat Jibril as dalam penampilannya sebagai ‘manusia’. Lelaki itu bertanya kepada Rasulullah saw di tengah persaksian para sahabat, apakah makna Islam, Iman dan Ihsan.saw menjelaskan erti Islam ialah menjalankan rukun yang lima iaitu perakuan kalimah syahadat, mendirikan solat, menunaikan zakat, berpuasa dalam bulan Ramadan dan mengerjakan haji. Kemudian Nabi saw menerangkan erti imansaw mendefinasikan dengan maksud bahawa seseorang hendaklah melaksanakan ibadatnya seolah-olah ia melihat Allah, dan jika ia tidak merasa dapat melihat Allah SWT, ia hendaklah
Apakah kaitan Islam, Iman dan Ihsan? Ketiga-tiganya bak tiga unsur dalam satu yang mesti ada dalam diri seorang mukmin Yaitu orang yang beriman kepada Allah.
Iman dapat digolongkan kepada lima kedudukan atau
maqam:
􀃂
Pertama, iman matbu’ iaitu iman yang sudah diacuankan
dalam diri para malaikat sehingga mereka taat
Iman malaikat
 
􀃂
Allah SWT dan 100 peratus pasrah kepada-Nya.

Kedua, iman ma’sum iaitu iman yang terdapat pada para rasul dan nabi. Rasul dan nabi adalah manusia, makhluk yang mempunyai nafsu. Tetapi iman mereka senantiasa ‘dipelihara’ Allah swt daripada terkena noda dunia. Contohnya, Nabi Lut berada di kota Gomorah dan Sodomah yang penuh dengan perbuatan seks songsang. Kecuali Nabi Lut dan anak-anaknya, tiada yang terpelihara daripada noda dua kota itu termasuk isteri beliau sendiri, yang kemudiannya dimusnahkan oleh Allah swt. Iman para nabi dipelihara sehingga tidak timbul tiga jenis keraguan iaitu syak, zahn dan waham. Oleh itu, para nabi juga disebut mempunyai kedudukan atau maqam kamalul yaqin – percaya sepenuhnya kepada
􀃂
yang melaksanakan segala perintah Allah
Allah
 
􀃂
Allah
 
􀃂
memusuhi Islam, termasuk menyekutukan Allah
Kelima, iman mardud iaitu iman orang munafik (berpura-pura) – pada kenal dirinya orang ini Islam, tetapi sebenarnya ia melakukan hal yang bertentangan atauswt. Iman ini ditolak Allah swt dan balasannya adalah neraka.

KAITAN IHSAN
Daripada maksud hadis tadi, jelas Nabi
bermaksud,
dalam jiwa (hati atau
kerana Allah (
Keujudan manusia di muka bumi ini adalah semata-mata bertujuan mempersembahkan pengabdian yang sempurna terhadap Allah swt. Kenyataan ini jelas terkandung dalam firman Allah
saw memberikan takrif ihsan yang khususnya berbeza dengan Islam dan Iman. Ihsan menegaskan kehadiran kita di depan Ilahi – seolah-olah kita melihat dan dekat kepadanya. arti lihat atau musyahadah, dan dekat atau muraqabah merupakan teras hubungan antara manusia dengan Penciptanya. Allah swt menegaskan hal ini dalam firmannya yang“Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An –Nisaa ayat 1) Apabila dua konsep ini ditancapkan sepenuhnya dengan sedarqalb), maka apa yang kita lakukan adalahlillahi ta’ala) . Musyahadah dan muraqabah juga menjurus kepada Arti ikhlas. Di sinilah tepapar persamaan antara ihsan dan ikhlas.swt surah Az-Dzariyat ayat 56 yang bermaksud, “Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu.”
Pada urutan usaha awalnya, manusia itu harus berjalan di atas tuntutan Syariat dengan matlamat akhir mengenal Penciptanya, menyerahkan diri, menghidupkan rasa cinta dan redha terhadap Allah
pengabdian itu tidak akan berjaya kecuali ia ditimbulkan dari dasar ikhlas. Sekiranya manusia berkeupayaan mengikhlaskan pengabdiannya kepada Allah
Ikutilah kisah berikut:
Seorang penuntut tasauf bernama Abul Qassim Aljunaid Al Baghdadi telah ditalqinkan (diajarkan) oleh gurunya, As-Sirr as- Saqati agar sering mengucapkan tiga kalimah sebelum tidur selama sebulan:
swt. Namun, segala usaha untuk mendekatkan diri dengan Allah swt, atau mendayakan kesampaian persembahanswt, memusatkan seluruh kehidupannya dalam lingkaran penghambaan yang jujur, dan mengujudkan pengertian seperti yang ia sebut setiap hari: Hanya kepada Engkaulah kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan, maka Allah swt menjanjikan bahawa syaitan tidak akan memperoleh suatu jalan pun untuk sampai kepadanya. Malah ada sesetengah ulama menganggapkan kedua-dua istilah itu sama atau boleh digunakan silih berganti.
􀃂
Allahu Ma’i (Allah bersamaku)
􀃂
Allahu Nazirun Ilaiya (Allah melihat kepadaku)
􀃂
Tiga kalimah tadi sebenarnya bak ikrar mengenai perihal hadir, dekat dan melihat Allah
maksiat setelah menerima dan mengamal talqin gurunya. Rasa kewaspadaan daripada berbuat maksiat ini tentulah memelihara iman seorang mukmin agar terus tergolong dalam
Konsep musyahadah membawa maksud melihat (
oleh 72 hijab (perintang) dan belum pun terbuka satu hijab saja, akan luluhlah isi alam ini. Jadi bagaimanakah kita melihat?
Dalam pengertian tasawuf, kita melihat melalui kemampuan
mata hati. Sehubungan ini, Imam Malik
kita tidak dapat melihat Allah
Imam Malik menjawab, bermaksud: “Yang fana’ tidak dapat
melihat Yang Baqa’. Hanya yang kekal dapat melihat Yang
Kekal.’’
Apa jua yang wujud di alam ini, termasuk manusia, adalah dalam keadaan sementara atau tidak kekal. Kehidupan kekal hanya diperolehi di akhirat dan ketika itulah manusia akan dapat melihat Allah SWT berdasarkan kurnia-Nya. Jelaslah apabila seorang insan memahami ihsan, maka ia akan merasa seperti melihat Allah dalam hatinya. Kesannya akan membawa ketenteraman dalam jiwa – suatu yang tidak ternilai harganya.

Allahu Syahidun ‘Alaiya (Allah melihat atasku)swt. Guru tadi bertanya muridnya apakah kesan tiga kalimat tadi kepada dirinya. Aljunaid berkata, beliau merasa amat waspada sebelum melakukan sesuatu perkara yang mendekati maksiat. Malah, beliau terhindar dari perlakuanmaqam ma’sum. Jadi kita juga harus amalkan apa yang dilakukan oleh Aljunid dalam langkah kita mendalami tasawuf.basariah) tetapi ia bukanlah melihat dengan mata kita. Hanya Nabi Muhammad saw yang dapat melihat Allah swt ketika mikraj. Para nabi lain juga meminta untuk melihat Allah swt, seperti dalam hal Nabi Musa di Gunung Tursina. Namun Allah swt tidak mengizinkan kerana mereka tidak akan berupaya melihat-Nya dalam keberadaan mereka di dunia ini. Bahkan sebahagian Gunung Tursina hancur ketika baru saja tanda kebesaran Allah swt ditunjukkan. Menurut Rasulullah saw, cahaya Allah swt diliputira, ditanya mengapakahswt. Dengan halus dan mudah
CARA MEMAHAMI IHSAN
Mestilah seseorang itu
Sumber ilmu terbahagi dua: pertama yang dipelajari dan kedua, yang dianugerahkan oleh Allah
Dalam Islam, ilmu terbahagi kepada tiga iaitu tauhid, fiqh dan tasawuf. Ia melibatkan peraturan hubungan manusia dengan Penciptanya, hubungan manusia sesama manusia, dan hubungan manusia dalam jiwanya atau secara introspektif.
Hari ini sering ilmu dipisahkan daripada dua perkara iaitu hubungan dengan Tuhan dan jiwa manusia. Inilah punca kepincangan dalam mencari ilmu dan membawa kesan yang merugikan manusia.
Daripada tiga aspek tadi, kita menemui pengertian: syariah (perihal undang-undang manusia), tariqah (perjalanan jiwa), haqiqat (kebenaran yang tersimpan jauh di lubuk jiwa atau juga disebut rahsia jiwa
Perbuatan seperti taubat (kembali ke jalan Allah), taqwa (takut kepada Allah), dan istiqamah (konsisten atau tekal melaksanakan perintah Allah) merupakan sebahagian dari perlakuan syariah atau dipaparkan secara zahir. Misalnya, untuk bertaubat: seseorang itu mestilah menunjukkan rasa sesal atau
Taubat harus di ikuti dengan istighfar sebagaimana yang telah di firmankan oleh Allah Jalla Jalaaluh dari surah Al Maidah ayat 74 :
    
berilmu demi menggarap pengertian ihsan akan tertancap dalam kalbu atau hatinya. Proses ini tidak mudah.swt.– sirr) .nadam, beristighfar (meminta ampun kepada Allah swt), dan meninggalkan maksiat.“Mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun (beristigfar) kepadaNya? Dan Allah maha pengampun lagi Maha Penyayang.”

Tidak betul jika seseorang itu sudah bertaubat hanya sekadar menyebutnya dalam hatinya, sedangkan dari segi perbuatan dia masih melakukan perkara sumbang. Awasi juga orang yang mengaku sudah insaf dan meniggalkan perbuatan buruk yang lama tetapi melaku perbuatan baru yang tidak kurang celanya.
Untuk kembali ke jalan Allah
siapa yang bertaqwa dan membuat pembaikan, tidaklah ada kekhuatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (Surah Al A’raf ayat 35) Konsep islah amat luas kerana boleh diibaratkan sebagai pemulihan tabiat, peningkatan ilmu, memulakan kehidupan baru atau berhijrah (berpindah) dari satu keadaan (negeri atau tempat) ke keadaan yang lain. Jelasnya, islah mengkehendaki
perlucutan sifat cela atau
Untuk menjayakan islah, tiga perkara asas diperlukan iaitu:
swt, selain menimba ilmu, seseorang itu hendaklah melakukan pembaikan atau islah. Islah atau pembaikan ini memang sangat dianjurkan oleh Islam. Dalam kaitan ini Allah swt menjelaskan “Maka barangmazmumah kepada sifat terpuji atau mahmudah.
􀃂
ikhlas
􀃂
siddiq (benar)
􀃂
Jelaslah dalam hal ini, perbuatan islah itu melibatkan pensucian diri dari segi fikh atau melaksanakan rukun Islam dan rukun Iman yang dilihat dari segi zahir, dan juga dari sudut pembersihan batin dan rahsia hati (sirr). Sekadar contoh, A marah kepada seorang kawannya, B, yang sekian lama dipercayai dan kemudian terbukti mengkhianatinya. A menunjukkan muka (zahir) yang berang, hatinya (batin) perih
dan dalam rahsia hatinya (sirr) tersimpan dendam.
Untuk berislah, maka A terlebih dulu perlu bertaubat. Islah yang dilakukannya akan bersifat bathin atau dhamir. Dia perlu:
tuma’ninah (tenteram).
􀃂
membuang (takhliah) sifat cela/mazmumah dan,
􀃂
memasukkan (tahliah) sifat terpuji/mahmudah.

ADAB DAN GANJARANNYA
Islah membawa pembentukan insan beradab atau
Nabi Muhammad
adib yang dari segi zahir dan bathin suci daripada sifat cela, tetapi gemilang dengan sifat terpuji. Insan ini merasa tenteram (tuma’ninah). Hatinya senantiasa tunduk kepada Allah swt atau disebut tawadhu’. Sebuah hadis qudsi (firman Allah yang disampaikan kepadasaw untuk keperluannya dan kemudian disampaikan pula oleh Nabi saw dengan kefahaman dan bahasanya untuk dimanfaatkan oleh para sahabat) yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, antara lain bermaksud demikian:
Barangsiapa yang menyakiti waliku, Aku memaklumkan perang kepadanya, dan tiada mendekati hamba-Ku kepadaKu dengan suatu pekerjaan yang lebih Aku sukai daripada mengerjakan apa yang telah Aku fardukan ke atasnya. Dan sentiasa hamba-Ku mendekati dirinya kepadaKu dengan melakukan segala yang sunnat. Apabila Aku telah mencintainya, maka Akulah yang menjadi pendengaran yang ia mendengar melaluinya, dan penglihatan yang ia melihat menerusinya, dan tangannya yang ia gunakan dan tamparkan dengannya, dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan demi jika ia minta kepadaKu, nescaya Aku berikan kepadanya. Dan demi jika ia minta
perlindungan kepadaKu, nescaya Aku melindunginya.
Pembahasan hadis qudsi ini amat luas, mungkin satu buku tebal. Tetapi sekadar memahaminya secara ringkas, ia menunjukkan betapa insan yang sudah berislah menerusi proses Islam, Iman dan Ihsan, sehingga terlucut segala sifat keji dan terterap serta terpantul segala sifat terpuji, akan dicintai Allah
Memasuki kedudukan atau maqam ‘mahabatullah’ (dikasihi Allah) merupakan setinggi-tinggi kurnia Ilahi kepada hamba-Nya. Inilah matlamat ajaran Islam, khususnya yang sering diperjuangkan oleh tasawuf. Sebenarnya, ajaran tasauf boleh juga dikatakan sebagai sesuatu yang melengkap atau menyempurnakan
ikhtiar insan untuk kembali ke hadrat Allah
Dalam perkara ini Allah
swt.swt dalam keadaan ‘ahsani taqwim’. Untuk menjalani proses pensucian jiwa sehingga mencapai peringkat sebaik-baik insan, manusia harus melibatkan seluruh anggotanya, diteguhkan pula dengan gerakan jiwanya sehingga ia bebas dari segala kekotoran yang menutup mata hati dirinya. Apabila keadaan ini berhasil, maka dirinya itu sentiasa tidak terlepas dari mengingati Allah swt, serta jiwa dan hatinya mengekalkan pendiriannya terhadap Allah swt. Maksud ‘perang’ ialah dibenci Allah swt. Bermakna wali atau mukmin yang menjadi kekasih Allah akan terpelihara sehingga orang yang cuba mengkhianatinya akan gagal dengan sendirinya.swt menerangkan bahawa para wali itu sentiasa tidak mengalami kesedihan dan kebimbangan. Dalam surah YunUs ayat 62, Allah Rabbul ‘Izzah mengatakan “Ingatlah, sesungguhnya para wali-wali Allah tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”
Untuk mencapai maqam ini, seseorang itu bukan saja melakukan yang fardu (solat, zakat, puasa dan haji) tetapi melakukan juga yang sunnah (solat sunnah seperti tahajud, rajin bersedekah dan sebagainya).
Lama-kelamaan orang yang menjadi kekasih Allah akan merasa apa yang dilihat, dihidupkan, dirasakan, dilakukan atau setiap pengendaliannya senantiasa mendapat ‘pedoman’ atau petunjuk Ilahi.
Inilah jalan yang harus diperjuangkan dalam kita mencari keredhaan dan mahabbah dari Allah Rabbul Arbab. Firman Allah swt dalam surah Al Ankaabut ayat 69,
“Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keredhaan Kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
Betapa sentosa dan damai orang sedemikian. Semoga kita mendapat rahmat Allah SWT.
Keempat, iman mauquf iaitu iman milik golongan pembuat bid’ah (istilah Arab: ahlul bid’ah) – mengadaadakan hal yang menghampiri syirik (menyekutukanswt) seperti percaya kepada jin, roh atau kuasa- kuasa lain yang dianggap mempunyai kesaktian; amalan khurafat dan sebagainya.
Ketiga, iman maqbul iaitu iman yang dimiliki oleh mukmin yang bukan terdiri daripada nabi dan rasul. Maqbul bererti diterima Allah swt. Mukmin adalah orangswt dan menjauhi larangan-Nya. Nafsu mereka senantiasa teruji dan ada kala mereka nyaris dikalahkan oleh nafsu, tetapiswt melindungi mereka pada saat penuh debar ini. Selepas para nabi dan rasul, manusia yang dipandang mulia di sisi Allah swt adalah wali (jamak: aulia). Teras iman mereka juga dipanggil mahfudz iaitu iman yang senantiasa diuji nafsu tetapi dapat diselamatkan kerana rahmat Allah swt.
sepenuhnya kepada Allah swt. Malaikat dicipta tanpa nafsu dan senantiasa melaksanakan perintah Allah SWT.tanpa cacat (zero defects).
kaffah. Artinya berkaitan rapat dengan konsep insan kamil atau manusia sempurna yang telah dicapai oleh Rasulullah saw. Istilah kaffah atau keseluruhan dalam mempraktikkan Islam telahswt dalam firmannya Surah Al-Baqarah ayat 208, “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh kamu yang nyata.”Kaffah atau total person ini melihat segala usahanya untuk kebaikan sejati seluruh alam. Kehadirannya menguntungkan semua pihak, termasuk sekitaran. Dalam tindak tanduknya sebagai pemimpin negara, panglima perang, bapa, suami, sahabat dan manusia biasa, Rasulullah saw memberikan contoh bagaimana setiap usaha dilakukan untuk kebaikan menyeluruh. Oleh itu, seseorang itu perlu menguasai ilmu dunia dan juga memiliki sifatsifat mulia secara batiniah dalam melakukan setiap pekerjaan agar mencapai hasil yang sempurna. Sebelum memperkenalkan sahabat kepada aspek solat sehingga haji, urusan perang, urusan mentadbir negara, mengadakan hubungan diplomatik, bercucuk tanam, amalan berdagang dan sebagainya, Nabi saw terlebih dulu menampilkan sifat-sifat terpuji dalam batin para pengikutnya. Sifat-sifat batin ini merupakan amalan Tasawuf. Jadi, Tasawufmiftahus sudur). Allah swt mengingatkan manusia bahawa hati manusia lebih keras daripada batu. Firman Allah swt dalam Surah Al-Baqarah ayat 74, “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi”. Jadi apabila kunci jiwa dapat dimanfaatkan, hati akansaw iaitu hatinya dibedah dan dibersihkan dengan air zamzam oleh Jibril as, kemudian diperkuat dengan ilmu, iman, kelembutan, makrifah. Kesucian hati Baginda telah membawanya berjumpa dan berdialog dengan Allah swt. Pada halas minta untuk melihat Allah swt, hanya dengan suara yang memuji Allah swt yang menghancurkan sebahagian gunung Tursina itu sahaja telah mengakibatkan Musa as pengsan. Sesungguhnya Tasawuf adalah disiplin untuk hati tempat terletak ruh Islam. Kelemahan umat Islam kerana ruhnya dan kitafitrah, jalan menuju kepada Allah swt.
Mengenai ‘ihsan’, Nabi saw menyatakan ialah :
orang yang riya’sahun) amat luas, termasuklah tidak khusyuk ketika bersolat dan lupa mengenai apa yang dibaca dalam sholatnya kerana fikirannya menerawang.
, diizinkan hidup sampai akhir zaman (akhirat).
hasad (menaruh perasaan iri dan benci) dan dengki (tergamak mengenakan). Jadi dapatkah sifat-sifat syaitaniah ini dibasmi? Jawapannya ialah tentu saja boleh. Ia boleh dilakukan dengan menguasai ilmu Tasawuf atau ilmu batin yang bertujuan membersihkan jiwa (nafi’a).swt bagi dua perkara:
saw telah mengajarkan ilmu akhlak ini terlebih dulu iaitu selama 11 tahun, sebelum para sahabat mempelajari perihal solat (selepas peristiwa Isra’ Mi’raj), puasa dan sebagainya. Akibatnya banyak sifat cela yang ditimbulkan dan diperbesar seolah-olah inilah yang menjadi ukuran manusia yang berjaya. Sekadar contoh, kita berjumpa manusia yang bercakap dengan penuh kuasa (authoritative) atau menonjolkan pangkatnya.
yang diingini iaitu wanita-wanita , anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak kuda pilihan, binatang-binatang ternakan dan sawah ladang”.

swt dalam Surah Ali ‘Imran ayat 14 :
Saidatinah Siti Khadijah, isteri Rasulullah saw. Apa yang dituntut adalah memper- lakukan harta itu untuk kemashlahatan peribadi, keluarga, dan ummah sehingga membantu tercapainya keadilan sosial.
saw berperanan penting dalam pelbagaisaw adalah seorang sufi atau pengamal Tasawuf. Amalan Baginda saw sebagai ahli sufi sebenarnya telah disampaikan kepada para Sahabatnya (berertisaw atau melihat Baginda). Sejarah telah banyak merakam kehidupan zuhud para Sahabat ra yang penuh hikmah, dan manifestasi cinta mereka kepada Allah swt yang sukar ditandingi. Amalan sufi Baginda itu terpapar pada akhlaknya yang tinggi atau Al-Akhlaqul Karimah seperti zuhud. Pengiktirafan Allah swt akan ketinggian akhlaknya Nabi saw jelas terpapar pada firman Allah swt di Surah Al-Qalam ayat 4:
Diriwayatkan bahawa beliau berkata, “Aku melihat seorang sufi
melakukan tawaf. Aku memberinya sesuatu, tetapi dia tidak mahu
mengambilnya dan berkata, “Aku masih mempunyai empat ‘daniq’,dan
itu cukup bagiku.”
8 berkata, “Orang yang pertama kali menyebut ‘ash shuufiyah’ adalah Al Hasan Al Bashri, dan Al Hasan pernah menjumpai sekelompok sahabat Rasulullah SAW.
kelompok muslimin, kerana masing-masing mendakwa bahawa di antara mereka terdapat golongan itu tadi. Akhirnya, para
Kelompok ini menyatukan diri dengan nama tasawuf, dan nama ini telah terkenal sebagai tokoh-tokoh Islam yang termasyhur sebelum tahun 200 Hijriyyah.
 
(Faathir: 32)
Dari sini kelihatan bahawa muslimin itu berjenjang tingkatan
akhlak, ibadah, dan akidahnya. Ada muslim yang biasa, ada yang
sederhana, dan ada yang melebihi keduanya.
ra dari Nabi saw : “Nabi saw selalu melakukan solat malam hingga bengkak kakinya. Maka aku berkata kepadanya, “Mengapa Anda melakukan hal itu, wahai Rasulullah, sedangkan Allah telah memberi ampunan atas dosa-dosa Anda yang dahulu mahupun yang akan datang?” Beliau menjawab, “Tidakkah sebaiknya aku menjadi hamba yang suka bersyukur?” (HR. Asy Syaikhani, An Nasa-i, At Tirmidzi).
(Yunus: 62)
(Ali ‘Imran: 79)
(An Nuur: 37)
Ahli Ibadah dari Basra.”
“Sesungguhnya asal mula tumbuhnya tasawuf adalah pada zaman sebelum Islam.”1 Ibnu Khaldun berpendapat, “Munculnya adalah pada abad kedua, setelah manusia berlumba-lumba mengejar dunia dan menyibukkan diri di dalamnya, maka mereka yang tetap tekun beribadah
swt memperkenankannya. Sekadar contoh mudah, seorang ayah mendapat bayi pertama yang cacat. Daripada meratapi hidupnya,ra membacakan sepotong ayatsaw wafat, misalnya timbul Hassan al-Basri (wafat 110 H), Sofyan as-Tsauri (wafat 161 H, dan juga guru kepada wanita sufi, Rabiah al-Adawiyah).
Konsep khalwat merupakan satu perkara yang amat praktikal dalam menjernihkan fikiran dan rohani.

1. Nabi saw mengasingkan diri atau berkhalwat di Gua Hira sehingga mendapat wahyu. Amalan ini diikuti oleh ramai sufi terutama yang dapat pergi ke gunung atau hutan. Namun ia tidak boleh dimaknakan sebagai bertapa yaitu amalan yang
dikaitkan dengan agama terdahulu, Hindu dan Buddha.

2. Solat juga merupakan khalwat apabila fikiran kita tertumpu kepada Allah dan kita mengasingkan dunia.

3.Mengasingkan dunia daripada makan minum, seks dan apa saja yang menjadi tuntutan hawa nafsu.
saw menyebarkan Islam. Sari pekerti Nabi saw itu merupakan matlamat tasawuf – bersih rohani, senantiasa memikirkan urusan kemanusiaan yang diredhai Allah, senantiasa mendekati Allahkhalwat.

Suffiyah (suffistiyah) diambil dari kekata Yunani sophist yang merujuk kepada golongan manusia yang coba mencari kebenaran, bermula dengan ajaran Socrates sehinggalah Aristotle. Pemikir besar Islam, Al-Baruni yang juga seorang sejarawan, telah memberikan kaitan ini walaupun kurang disenangi oleh ramai ulama yang berpendapat tasawuf tidak meminjam mana-mana amalan, kecuali daripada Islam sendiri.
Ahlus-suffah ialah gelar bagi para sahabat seperti Abu Hurairah dan Salman al-Farisi yang mendiami serambi Masjid Nabawi. Hidup mereka miskin dan kebanyakan mereka bujang. Mereka gigih beribadah.
amar ma’aruf nahi munkar sudah merupakan perjuangan. Mengekang hawa nafsu terutama dalam bulan Ramadan merupakan perjuangan. Tetapi apa jua amalan membersihkan rohani hendaklah berteraskan syariat; tiada pengecualian dalam hal ini. TanpaAda juga orang yang mengaku pengamal tasawuf atau sufi tetapi menyatakan tidak perlu solat, zakat, puasa dan sebagainya yang ditetapkan oleh syariat. Orang begini membahayakan kerana ia sudah sesat dan bolehAl mazaqat atau hasil yang diharapkan daripada mengamalkan tasawuf. Antara matlamat utama tasawuf dalamma’rifatun nafs iaitu kenal diri atau jiwa. Aspek iniswt. Kita 2. Tasfiah/tazkiah ialah aspek pensucian hati daripada sifat-sifat cela atau 
Perbuatan Zahir Batin/Jiwa
Makan Sedap Mensyukuri nikmat pemberian-Nya sehingga kita membacakan doa
    “Allahuma bariklana fima rozaqtana wa kina ‘adzabannar.’’
Melihat alam Indah Kagum akan kuasa-Nya dan menyebut ‘Subhanallah’’
Menerima rezeki Gembira Terharu oleh pemberian-Nya sehingga menyebut
    “Alhamdulillah was Syukru lillah.’’
Kuat bekerja Sihat Bersyukur dan menujukan perbuatan untuk mencapai keredhaan-Nya “Radhitu billahi ra’abaa.”

bermaksud permulaan petunjuk ke jalan Allah SWT.Contoh:
1. Bidayah
2. Mujahadah
3. Mazaqat

At-Tusturi: ‘‘Seorang pengamal tasauf atau sufi adalah orang yang selalu membersihkan diri daripada noda zahir dan batin, selalu bertafakur, sentiasa menghubungkan diri dengan Allah SWT dan memutuskan hubungan tidakmarhalah: